Cerita Ganjar Ada Tsunami Setinggi Pohon Kelapa di Jateng

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
12 October 2020 16:37
Ganjar Pranowo (Cnbc Indonesia/Shalini)
Foto: Ganjar Pranowo (Cnbc Indonesia/Shalini)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan berdasarkan pengalaman tsunami di Indonesia, kesadaran masyarakat untuk menanggulangi bencana harus dilatih.

"Kesadaran mesti dilatih dengan kearifan lokal. Jepang misal, ada banyak pohon ini bisa membantu. Seperti di kebumen, ada cemara laut, sudah tinggi, kita edukasi," katanya dalam "Bulan PRB 2020- Ketanggungan daerah" secara virtual di Jakarta, Senin (12/10/2020).

Menurutnya, jika area sepanjang laut selatan Jawa bisa ditanami pohon, bisa saja mencegah terjadinya tsunami. Menurutnya, sebagaimana dalam catatan sejarah masa lalu, ada cerita jika ombak yang datang sampai setinggi pohon kelapa.

"Artinya tsunami ya. inilah kita share ke masyarakat untuk mereka tau. kesiapsiagaan kita susun," ujarnya.

Dia menyebut, Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi yang banyak catatan bencana. Laut Hindia misalnya, sudah ada riset terkait megathrust di laut Hindia Selatan. Riset ini menurutnya menimbulkan pertanyaan dari banyak pihak.

"Di Jateng atau jawa selatan, kira-kira tingginya berapa meter, dia bisa bergerak berapa kilo, sebenarnya di area-area ini zona bahaya yang kita lakukan edukasi," imbuhnya.

"Jadi, area yang terancam tsunami kita petakan. Cilacap, Kebumen, Wonogiri, sebenarnya nyambung ke Yogyakarta, nyambung Jawa Timur," imbuhnya lagi.

Dia menambahkan berdasarkan indeks risiko bencana, Pada 2018 lalu, provinsi Jawa Tengah pada indeks risiko tinggi urutan 17 nasional. Untuk itu, perlu adanya kerjasama antara Bupati, Walikota, PIM hingga SAR.

"Bahkan sekarang didorong level desa, sehingga munculkan desa tangguh bencana, kerjasama Perguruan Tinggi, bahkan kita mulai mengajak ibu-ibu, anak-anak, semua untuk peduli terhadap bencana. mereka bisa paham sehingga bisa bersikap dan bertindak," pungkasnya.

Sebelumnya. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati buka suara mengenai lonjakan kejadian gempa bumi hingga 2 kali lipat dalam 3 tahun terakhir. Trend kejadian gempa yang melonjak ini juga mengakibatkan meningkatnya potensi tsunami.

Dwikorita menjelaskan berdasarkan data monitoring kegempaan yang dilakukan BMKG, sejak tahun 2017 telah terjadi trend peningkatan aktivitas gempabumi di Indonesia dalam jumlah maupun kekuatannya. Kejadian gempabumi sebelum tahun 2017 rata-rata hanya 4000-6000 kali dalam setahun, yang dirasakan atau kekuatannya lebih dari 5 sekitar 200-an.

Namun setelah tahun 2017 jumlah kejadian itu meningkat menjadi lebih dari 7000 kali dalam setahun. Bahkan tahun 2018 tercatat sebanyak 11920 kali dan tahun 2019 sebanyak 11588 kejadian gempa.

"Ini bukan lagi peningkatan, tapi sebuah lonjakan yang cukup signifikan. Dengan data dan fakta bahwa kejadian tsunami yang terjadi di dunia sebagian besar dipicu oleh gempabumi tektonik, tentunya trend kejadian gempa yang melonjak ini juga mengakibatkan meningkatnya potensi tsunami," ujarnya dalam pernyataan resmi, Kamis (8/10/2020).


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Warning! BMKG: Tren Gempa Bumi & Risiko Tsunami 2021 Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular