
Siapa Sih Kelompok Anarko? Kok Sering Dituduh Tukang Rusuh?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kehadiran Undang-undang (UU) Cipta Kerja melahirkan perlawanan. Buruh, mahasiswa, masyarakat sipil, dan sebagainya menolak UU Cipta Kerja (Ciptaker) dengan menggunakan hak yang dilindungi oleh konstitusi yaitu menyatakan pendapat berunjuk rasa.
Namun unjuk rasa yang berlangsung kemarin berbuntut ricuh. Misalnya di Jakarta Pusat, halte bus Trans Jakarta Bundaran HI dibakar. Gedung kantor pusat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga tidak luput dari sasaran amukan massa.
Bentrok antara pengunjuk rasa dengan aparat keamanan terjadi hingga malam hari. Aparat keamanan mengungkap pihak yang melakukan perusakan tersebut. Ternyata mereka bukan perwakilan elemen buruh atau mahasiswa.
"Sebelum demo kita lakukan razia dan memang mereka ini bukan orang-orang yang mau demo, bukan orang-orang yang buruh maupun mahasiswa. Mereka ini orang-orang yang memang anarko, pengangguran semua, orang-orang jalanan itu yang kita temukan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus.
Bukan kali ini saja kelompok anarko disebut sebagai pengacau dalam aksi unjuk rasa. Dalam gelombang unjuk rasa penolakan terhadap amandemen UU Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang juga diwarnai oleh vandalisme, kelompok anarko juga dituding menjadi pelakunya.
Siapa sebenarnya para anarko ini? Mengapa mereka dicap sebagai tukang rusuh?
Kita tahu bahwa spektrum ideologi politik terbaru dua, kanan dan kiri. Sayap kanan adalah yang menjunjung tinggi kepemilikan privat dan kapitalisme, sementara sayap kini adalah pembela keadilan sosial dan redistribusi faktor produksi kepada rakyat.
Di sisi kanan, posisi ekstrem ditempati oleh fasisme, negara menjadi penguasa dari segala penguasa. Nah, di sisi kiri paling ujung ditempati oleh anarkisme.
Ideologi anarkisme menekankan manusia pada dasarnya adalah bebas merdeka. Sejak awal manusia mengenal peradaban, derajat setiap individu adalah sama. Institusi yang kemudian membuat satu manusia merasa lebih punya kuasa dibandingkan manusia lainnya bukan sesuatu yang alamiah, tetapi merupakan konstruksi sosial yang dibuat-buat.
Oleh karena itu, anarkisme menentang institusi dan hierarki dalam segala bentuk. Termasuk negara, yang dipandang sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, tidak penting, dan malah merugikan.
"Pembubaran negara dan gereja adalah kondisi awal untuk mewujudkan pemberdayaan rakyat. Setelah ini terjadi, maka rakyat bisa mulai melakukan reorganisasi yang dibuat bukan dengan prinsip top-down, bukan disusun oleh kekuatan diktator. Sistem yang lama pada akhirnya akan kembali menciptakan penindasan," tulis Mikhail Bakunin, salah satu peletak dasar pemikiran anarkisme, dalam tulisan berjudul Stateless Socialism: Anarchism.
Dengan latar belakang ketidakpercayaan terhadap negara, bahkan punya tujuan akhir untuk mengakhiri riwayat negara, cap sebagai pembangkang acap kali disematkan kepada kaum anakis. Bahkan anarkis sudah identik dengan definisi merusak, membuat rusuh.
Vandal yang salah, anarkis yang kena getah...
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Ada Pelajaran Mahal dari Kasus Kerusuhan di AS Kala Pandemi
