Kabar Gembira! Tanda Ekonomi Bangkit dari Resesi Mulai Ada

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 October 2020 13:07
Pembuatan Audi Q5
Ilustrasi Pabrik Mobil (REUTERS/Henry Romero)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) membuat 2020 menjadi penuh derita dan sengsara. Namun bukan berarti tidak ada harapan sama sekali.

Wabah virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu telah mengubah wajah dunia. Pemerintah di berbagai negara meminta (bahkan ada yang sampai melarang) warga untuk membatasi aktivitas di luar rumah. Sebisa mungkin bekerja, belajar, dan beribadah #dirumahaja.

Maklum, virus akan lebih mudah menular saat terjadi peningkatan intensitas interaksi dan kontak antar-manusia. Jadi segala bentuk aktivitas yang bisa menyebabkan orang-orang berdekatan (apalagi di ruangan tertutup) dibatasi. Harus ada jarak dalam pengertian sesungguhnya, setidaknya 1-2 meter antar satu orang dengan yang lain.

Tidak hanya karena imbauan (bahkan perintah) negara, sebagian warga yang punya kesadaran tinggi dengan sendirinya membatasi aktivitas luar rumah. Kesadaran untuk menjaga kesehatan dan mengurangi risiko tertular virus membuat mereka melakukan pembatasan sosial (social distancing) tanpa harus disuruh oleh negara dan aparatnya.

Social distancing membuat mobilitas manusia menjadi terbatas. Ambil contoh di Amerika Serikat (AS).

Mengutip data Google Mobility report, kepadatan warga Negeri Paman Sam di pertokoan ritel dan tempat rekreasi masih 16% di bawah normal. Sementara kunjungan ke tempat penjualan kebutuhan sehari-hari (groceries) dan toko obat masih 5% di bawah hari biasa, kemudian di perkantoran masih 15% di bawah normal.

Aktivitas publik yang masih minim membuat penjualan kendaraan bermotor anjlok. Di AS, penjualan kendaraan bermotor sempat jatuh 45,87% pada April 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Ini adalah penurunan terdalam setidaknya sejak 1977.

Apesnya, otomotif adalah salah satu industri dengan peranan penting. Data American Automotive Policy Council (AAPC) menyebut industri otomotif secara luas menyumbang sekitar 3% terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Paman Sam.

"Pabrik otomotif pada umumnya membutuhkan investasi awal US$ 1-2 miliar dan mampu mempekerjakan 2.000-3.000 karyawan. Satu pabrik dengan kapasitas produksi 200.000 unit per tahun mampu menyumbang US$ 6 miliar dalam pembentukan PDB.

"Belum lagi setiap satu mobil terdiri dari 8.000-12.000 komponen dan 15.000 bagian. Lebih dari 5.600 pemasok (supplier) memproduksi komponen di AS. Para pemasok itu mempekerjakan lebih dari 871.000 karyawan," papar laporan AAPC periode kuartal III-2020.

Kemudian, ekspor kendaraan bermotor dan suku cadang dari AS pada 2018 mencapai US$ 142 miliar, tertinggi di antara industri manufaktur lainnya. Dalam 10 tahun terakhir, ekspor kendaraan dan bagiannya tercatat lebih dari US$ 1,1 triliun.

Kelesuan industri otomotif gara-gara pembatasan sosial tidak hanya terjadi di AS, tetapi di seluruh dunia. Akibatnya, PDB dunia mengkerut, terjadi pertumbuhan negatif alias kontraksi.

Kala kontraksi terjadi dalam dua kuartal beruntun, itu namanya resesi. Inilah kondisi ekonomi dunia sekarang, terjebak di lumpur resesi.

Akan tetapi, harapan itu ada. Seiring dengan tren pelonggaran social distancing, mobilitas masyarakat mulai meningkat.

Salah satunya adalah aktivitas mengemudi. Peningkatan aktivitas mengemudi terlihat dari data Apple Mobility Trends. Data ini menggunakan 13 Januari 2020 sebagai patokan kondisi normal, saat pandemi belum merebak. Saat dunia masih indah dan baik-baik saja. Kangen masa-masa itu ya...

Oke lah, kembali ke laptop. Sejak pelonggaran social distancing dimulai pada awal Juni, aktivitas mengemudi warga AS meningkat. Bahkan kini angkanya konsisten berada di atas kondisi normal. Kondisi serupa juga terjadi di berbagai negara.

Oleh karena itu, penjualan mobil pun membaik. Marklines telah merilis data penjualan mobil di 15 negara periode September 2020.

Hasilnya cukup menggembirakan, delapan negara sudah mencatatkan pertumbuhan. Sisanya memang masih membukukan kontraksi, tetapi membaik ketimbang bulan sebelumnya.


"Penjualan pada September menunjukkan perbaikan yang signifikan di industri ini, dan mengarah ke level pra-pandemi," ujar Dan Levy, Analis Credit Suisse, seperti dikutip dari Reuters.

"Ada banyak kabar baik di industri otomotif. Penjualan Toyota di AS pada kuartal III-2020 turun 11%, tetapi pada September saja naik 16%," sebut Kelley Blue Book, situs penyedia data sektor otomotif di Negeri Adikuasa.

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, kontraksi di sektor otomotif adalah salah satu penyebab terjadinya resesi. Jadi kalau industri ini bangkit, maka harapan untuk keluar dari jurang resesi semakin terbuka.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular