
Ngeri! Gunungan Sampah Miliaran Masker Covid-19 Hantui Dunia

Sebagai barang yang fungsinya krusial di tengah pandemi, wajar saja jika perilaku trade protectionism sangat terlihat. Banyak negara yang membatasi ekspor maskernya selama pandemi Covid-19 berlangsung.
Menurut catatan ITC & WTO, per 14 April 2020 ada lebih dari 40 negara yang memberlakukan larangan ekspor masker dan membatasinya ke luar negeri termasuk salah satunya adalah Indonesia.
Jika mengacu pada keterangan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasastimata Juni lalu, Indonesia memproduksi 3 juta unit masker N95 dan 4,7 miliar buah masker bedah per tahun atau setara dengan 12,9 juta unit per hari.
Dalam kondisi normal jumlah tersebut melampui kebutuhan yang hanya 172,2 juta per tahun. Namun akibat lonjakan Covid-19 di RI, kebutuhan masker juga ikut naik tajam.
Di tengah tingginya permintaan dan penggunaan masker terutama masker bedah dan N95 yang berbahan dasar turunan minyak (polipropilen), dampak lingkungan yang serius menjadi konsekuensi yang harus ditanggung. Pasalnya limbah medis tersebut akan mencemari tanah, sungai bahkan hingga ke lautan.
Jika data historis merupakan indikator yang andal, diperkirakan sekitar 75% masker bekas, serta limbah terkait pandemi lainnya, akan berakhir di tempat pembuangan sampah, atau terapung di laut.
Selain kerusakan lingkungan, ongkos kerugian yang harus ditanggung di bidang-bidang seperti pariwisata dan perikanan, diperkirakan sekitar US$ 40 miliar oleh Program Lingkungan PBB (UNEP).
"Polusi plastik sudah menjadi salah satu ancaman terbesar bagi planet kita sebelum wabah virus corona," kata Pamela Coke-Hamilton, direktur perdagangan internasional UNCTAD.
"Lonjakan tiba-tiba dalam penggunaan produk tertentu setiap hari untuk membuat orang tetap aman dan menghentikan penyakit semakin memperburuk keadaan." tambahnya, melansir World Economic Forum.
Dikhawatirkan membludaknya limbah plastik terkait masker dan peralatan medis lain yang terkait Covid-19 ini akan menyebabkan dampak kesehatan dan lingkungan yang luar biasa besar di kemudian hari.
Oleh karena itu butuh pengelolaan limbah yang terpadu untuk mencegah hal tersebut terjadi. Ini semua tentu adalah tanggung jawab setiap negara di dunia ini. Jangan sampai limbah dari pandemi ini berbuntut menjadi mala petaka di masa depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)[Gambas:Video CNBC]