
2 PLTU Batu Bara Ini Berhasil Dicampur dengan 10% Biomassa
Jakarta, CNBC Indonesia - Dua Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara telah menjalankan uji coba program pencampuran bahan bakar biomassa sekitar 5%-10% atau biasa dikenal dengan co-firing, antara lain PLTU Ropa di Flores dan PLTU Bolok di Kupang.
Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan PLTU Ropa telah berhasil melakukan pencampuran 10% biomassa dan PLTU Bolok sebesar 5%.
Agung mengatakan pencampuran biomassa di PLTU ini sebagai upaya meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan dalam penyediaan listrik. Menurutnya, uji coba co-firing telah dilakukan di berbagai PLTU di Indonesia dengan substitusi biomassa sebesar 1%-10%.
Co-firing merupakan pemanfaatan bahan bakar dari biomassa dan sampah untuk pembangkit listrik melalui substitusi bahan bakar batu bara.
"Kabar baik kembali datang, kali ini dari PLTU Ropa, telah berhasil melakukan uji coba 10% biomassa yang diperoleh dari TOSS (Tempat Olahan Sampah Setempat). Sementara untuk PLTU Bolok, co-firing menggunakan 5% biomassa yang berasal dari wood chips (cacahan kayu)," ungkap Agung seperti dikutip CNBC Indonesia pada Senin (05/10/2020).
Agung mengungkapkan metode co-firing ini tercantum dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2019-2038 dimana disebutkan bahwa roadmap konservasi energi untuk kegiatan penyediaan energi salah satunya mencakup program peningkatan efisiensi energi pada pemakaian sendiri dan co-firing.
"Co-firing menjadi salah satu rencana pemerintah dalam mengoptimalkan energi terbarukan dalam mendorong target bauran EBT sebesar 23% pada 2025," ujarnya.
Pada keterangan tertulis PLN, Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN Agung Murdifi menjelaskan bahwa program co-firing merupakan bagian dari semangat pilar "green" dalam transformasi PLN. Co-firing merupakan sebuah teknologi substitusi batubara dengan energi terbarukan pada rasio tertentu yang tetap memperhatikan kualitas bahan bakar sesuai spesifikasi teknis.
"Kami terus mendorong penggunaan EBT, demi menyediakan listrik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," tuturnya.
Bahan baku biomassa ini dapat berasal dari olahan sampah, ranting pohon, daun, sekam padi, serbuk gergaji dan rumput yang diproses menggunakan metode biodrying. Proses selanjutnya, bahan baku diolah menjadi pelet seperti yang digunakan di di PLTU Ropa atau menjadi wood chips seperti yang digunakan di PLTU Bolok.
Uji coba co-firing untuk PLTU Ropa telah dilakukan pada 14-15 September 2020 dan PLTU Bolok pada 28-30 September 2020 dengan hasil proses pembakaran sempurna dan karakteristiknya mirip dengan batu bara yang digunakan di PLTU tersebut. Keberhasilan uji coba co-firing di PLTU Ropa, terlihat dari parameter menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan penggunaan 100% batu bara dengan pencampuran biomassa.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tingkatkan Kapasitas EBT, PLN Targetkan Co-firing di 52 PLTU
