
Industri Pertahanan RI Perlu Pengelolaan Kerahasiaan, Kenapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Isu kerahasiaan jadi salah satu aspek penting dalam industri pertahanan. Kendati demikian, bukan berarti alasan kerahasiaan bisa dipakai alasan untuk menolak alasan produksi perusahaan swasta.
Demikian disampaikan Ketua Harian Persatuan Industri Pertahanan Swasta Nasional (Pinhantanas) Mayor Jenderal TNI (Purn) Jan Pieter. Isu kerahasiaan juga tak menjadi masalah di berbagai negara yang memanfaatkan kerja sama dengan pihak swasta.
"Semua teknologi pertahanan itu confidential, nggak hanya di Indonesia, di dunia semua sama. Tapi negara-negara di luar itu mengatur bagaimana kerahasiaan dikelola," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (2/10/2020).
Jika sebuah teknologi peralatan tempur berpindah ke tangan pihak ketiga, ada mekanisme khusus yang diatur masing-masing negara. Umumnya harus melalui Kementerian Pertahanan, termasuk di negara adidaya seperti Amerika Serikat (AS).
"Kita beli teknologi, beli helikopter apache dari Amerika Serikat itu harus melalui mekanisme Pentagon, Department of State dan beberapa lagi, sehingga semua menyeleksi siapa ini buyer-nya, ke mana dia. Dan ada perjanjian yang tidak boleh si buyer semena-mena membuka rahasia itu, begitu," kata Jan Pieter.
Di sisi lain, ada manfaat positif bagi Indonesia jika teknologi peralatan tempur yang dibangun merupakan buatan dalam negeri. Peran swasta tak bisa diabaikan dalam membangun supply chain industri pertahanan nasional.
Dengan memanfaatkan hasil produksi dalam negeri, maka kerahasiaan mengenai data spesifikasi peralatan akan sulit dibaca negara lain. Ini berbeda dengan jika sebuah negara, termasuk Indonesia, memiliki membeli senjata dari luar negeri.
"Manfaat strategis kalau industri pertahanan kita itu bertumbuh, itu nilai Indonesia itu mulai tumbuh dengan sendirinya karena negara-negara lain itu susah untuk mendeteksi kemampuan Indonesia seperti apa. Tapi kalau kita semua beli dari luar alat-alat pertahanan di negara luar. Mereka tahu karena kawan kawan mereka yang jual barang ke kita," ujar Jan Pieter.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Prabowo Subianto Temui Erick Thohir, Bahas Apa?