
Corona Perparah Perkantoran DKI Makin Kosong, Sewa Diobral!

Jakarta, CNBC Indonesia - Menurunnya permintaan sewa perkantoran di DKI Jakarta dibarengi makin banyaknya pembangunan gedung baru membuat kompetisi untuk menarik perhatian calon penyewa atau tenant akan semakin sengit.
Di sisi lain, tenant memiliki kesempatan untuk berpindah ke gedung yang lebih baik, mulai dari segi lokasi, fasilitas hingga harga yang ditawarkan. Sehingga berdampak pada diskon sewa gedung perkantoran di DKI termasuk kawasan CBD.
Konsultan Properti dari Savills Indonesia Anton Sitorus melihat ada kecenderungan tenant untuk berpindah gedung. Terutama jika negosiasi dengan pemilik gedung lama urung terjadi. Di sisi lain, tenant melihat adanya peluang untuk berpindah lokasi.
"Banyak tenant lama yang tinggal dari tahun 90an, mereka pindah ke gedung-gedung baru yang harganya nggak jauh beda. Sebagian ada yang lebih murah. Tapi dapat kantor yang lebih bagus. Gedung baru fasilitas lebih canggih. Itu banyak terjadi," kata Anton kepada CNBC Indonesia, Rabu (30/9).
Apalagi di setiap tahun, gedung baru banyak bermunculan di Jakarta. Misalnya dalam dua tahun terakhir ada beberapa gedung yang baru dibangun, di antaranya di SCBD ada Prosperity Tower, Treasury Tower, Revenue Tower, dan Sequis Tower. Sementara di Mega Kuningan dan Gatot Subroto ada World Capital Tower dan The Tower.
Dengan kondisi itu, pihak penyewa memiliki daya tawar lebih besar dalam bernegosiasi. Jika tidak menemui kata sepakat, mereka bisa pindah ke tempat anyar.
"Kondisi pandemi beberapa bulan belakangan bisa memicu pemilik gedung dalam mempertimbangkan diskon lebih besar. Gedung baru kalau kosong setahun dua tahun mereka akan rugi banget. Buat mereka nggak apa-apa lah diisi dengan harga lebih murah. Makanya yang banyak terjadi sekarang pemilik gedung baru rebutan cari tenant besar untuk diisi 4-5 lantai. Syukur-syukur dapat perusahaan bagus," jelas Anton
Jika berhasil mendapat perusahaan bagus, maka gedung yang mendapat manfaat, gengsi nama gedungnya bakal lebih tinggi. Sebagai gantinya, Ia bakal mendapat margin keuntungan yang lebih kecil sekalipun jumlah luas dan lantai yang digunakan lebih besar. Sebaliknya, gedung perkantoran justru bakal mendapat margin yang lebih besar dari perusahaan kecil.
"Untuk building naming, missal Exxon, AIA itu kan gedung mereka keren kalau pemilik gedung bisa dapatkan tenant seperti mereka. Ketika sudah mendapatkan tenant-tenant besar. Buat isi selanjutnya nggak masalah untuk tenant-tenant kecil. Biasanya margin lebih tinggi di tenant-tenant kecil tersebut. Jadi makanya sekarang tuh belakangan tenant besar diuntungkan," sebut Anton.
Ia bilang dalam 3 tahun terakhir, okupansi perkantoran di CBC Jakarta memang terus menurun. Tiga tahun lalu okupansi sekitar 85% atau 86%, sekarang mendekati 75%. Artinya turun 5-10% dibanding 3 tahun lalu.
"Akhir tahun lalu 75%. Sekarang okupansi mungkin sedikit menurun jadi 74% atau sekitar segitu. Atau jika dilihat dari vacancy (kekosongan), sebelum pandemi 25%, sekarang mulai naik 26-27% (makin kosong). Contoh di kawasan CBD (Central Business District) 4 tahun lalu sekitar 20%. Akhir tahun lalu 25%. Sekarang 26-27% (makin kosong)," papar Anton.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Perkantoran Hantu' Makin Bermunculan, Bisnis Masih Berat!