
Bukti Resesi, Perkantoran di DKI Makin Banyak Kosong

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis sewa perkantoran sangat terdampak pandemi Covid-19 dan aturan bekerja dari rumah (WFH) dari PSBB di DKI Jakarta. Tingkat okupansi pun turun dalam beberapa bulan ke belakang, menambah parah tingkat okupansi perkantoran yang sudah memiliki tren menurun dalam beberapa tahun terakhir. Inikah tanda-tanda resesi yang kian nyata?
"Dalam 3 tahun terakhir, okupansi memang menurun. Tiga tahun lalu okupansi sekitar 85% atau 86%. Sekarang mendekati 75%. Artinya turun 5-10% dibanding 3 tahun lalu," kata Konsultan Properti dari Savills Indonesia Anton Sitorus kepada CNBC Indonesia, Rabu (30/9).
Diperparah momen pandemi, banyak penyewa kantor yang lebih memilih untuk mempekerjakan pekerjanya dari rumah. Apalagi banyak kasus konfirmasi Covid-19 yang terjadi di perkantoran atau disebut juga sebagai kluster perkantoran. Membuat pemerintah harus mengambil langkah untuk menutup tempat tersebut.
"Akhir tahun lalu 75%. Sekarang okupansi mungkin sedikit menurun jadi 74% atau sekitar segitu. Atau jika dilihat dari vacancy (kekosongan), sebelum pandemi 25%, sekarang mulai naik 26-27% (makin kosong). Contoh di kawasan CBD (Central Business District) 4 tahun lalu sekitar 20%. Akhir tahun lalu 25%. Sekarang 26-27% (makin kosong)," papar Anton.
Meningkatnya angka kekosongan di perkantoran bukan hanya disebabkan oleh sistem WFH yang diterapkan oleh banyak kantor, namun juga semakin banyaknya gedung perkantoran yang dibangun. Sehingga, penyewa memiliki banyak pilihan untuk berpindah ke gedung perkantoran lain jika dirasa lebih baik, mulai dari harga hingga fasilitas yang diberikan.
"Dilihat dari total rencana yang ada, kalau semua masih aktif, total pasokan antara 900 ribu - 1 juta m2 di CBD. Di luar CBD sedikit lebih rendah sekitar 600 ribu m2. Tapi itu nggak tau apa proyek-proyek tersebut tetap sesuai jadwal atau mundur. Kalau liat kondisi sekarang kemungkinan mereka akan mundur. Yang mungkin harusnya selesai tahun ini, mundur ke tahun depan. Tapi yang jelas masih ada proyek-proyek yang ingin ke pasar perkantoran walau kondisi vacancy masih tinggi," jelas Anton.
Bila ekonomi ke depan makin sulit, apalagi resesi yang sudah bergulir saat ini maka sangat mungkin tren penurunan kekosongan perkantoran terus terjadi.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Perkantoran Hantu' Makin Bermunculan, Bisnis Masih Berat!