Investasi Asing

Jemput Bola ke Korea, Duet Bahlil-Erick Dapat Oleh-Oleh Apa?

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
28 September 2020 18:00
Penandatanganan Akta Jual Beli Holding RS BUMN Tahap II yang diselenggarakan Jumat, 7 Agustus 2020 pagi di Synergy Lounge, Kementerian BUMN. Ist
Foto: Penandatanganan Akta Jual Beli Holding RS BUMN Tahap II yang diselenggarakan Jumat, 7 Agustus 2020 pagi di Synergy Lounge, Kementerian BUMN. Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir ke Korea Selatan pada 23-24 September 2020. Tujuannya menindaklanjuti sejumlah rencana investasi perusahaan asal Negeri Ginseng tersebut di Indonesia.

Bahlil menjelaskan Pemerintah Indonesia perlu menunjukkan keseriusan dalam menjemput investor dari Korea. Pasalnya, data hasil realisasi investasi Korea Selatan selalu meningkat.

Pada triwulan II (April-Juni) tahun 2020, total investasi mencapai US$552,6 juta atau melonjak sebesar 340% dari total investasi Korea Selatan pada triwulan I (Januari-Maret) tahun 2020 sebesar US$130,4 juta.

"Ini sinyal positif. Indonesia masih dilirik oleh investor di tengah pandemi COVID-19. Jadi kita harus serius memfasilitasi sampai jadi. Sesuai arahan Presiden, investasi yang kita dorong adalah yang mendukung transformasi ekonomi, ada nilai tambah. Dan tentu juga investasi padat karya. Indonesia butuh lapangan kerja dan investasi solusinya," ucap Bahlil dalam keterangan resmi, Senin (28/9).

Sejak tahun 2015, Korea Selatan menjadi negara asal investasi terbesar ke-7 di Indonesia, setelah Singapura, Jepang, China, Hong Kong, Malaysia, dan Belanda. Korea Selatan membukukan total investasi mencapai US$7,7 miliar.

Berdasarkan data yang ada di Pusat Komando Operasi dan Pengawalan Investasi (Pusat KOPI) BKPM, investasi dari Korea Selatan pada periode tahun 2016 sampai semester I tahun 2020 didominasi oleh sektor Listrik, Gas, dan Air (US$944,3 juta); Industri Mesin, Elektronik, Instrumen Medis, Peralatan Listrik, Presisi, Optik, dan Jam Tangan (US$902,5 juta); Industri Kimia dan Farmasi (US$749,6 juta); Industri Barang Kulit dan Alas Kaki (US$552,0 juta); dan Industri Lainnya (US$528,7 juta).

Berdasarkan lokasi, investasi Korea Selatan mayoritas berada di Jawa (US$4,5 miliar). Kemudian disusul oleh Kalimantan (US$1,0 miliar), Sumatera (US$372,4 juta), Papua (US$246,8 juta), dan Maluku (US$226,3 juta).

Besarnya investasi tersebut menarik perhatian delegasi Indonesia untuk berdiskusi dengan beberapa perusahaan Korea. Erick Thohir mengklaim bahwa meskipun di tengah pandemi COVID-19, Pemerintah Indonesia terus agresif untuk mendatangkan investasi.

"Kita harus terus optimistis. Memang situasi sekarang penuh tantangan. Tapi percayalah Pemerintah terus berusaha. Dan keberangkatan kami ke Korea Selatan ini karena memang ada minat serius dari beberapa perusahaan Korea. Artinya Indonesia memiliki daya tarik. Dan kita tindaklanjuti itu," ujar Erick.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos BKPM Bahlil 'Angkat Tangan', Target Investasi Impossible

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular