
Geger Dunia Persilatan, Kim Jong Un Minta Maaf ke Korsel

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengeluarkan permintaan maaf ke Korea Selatan (Korsel), Jumat (24/9/2020). Ia terkait pembunuhan tak terduga dan disebut 'memalukan' terhadap seorang pejabat Korsel.
"Kim sangat menyesal atas peristiwa tak terduga dan memalukan yang telah mengecewakan Presiden Moon dan Korsel, daripada membantu mereka menghadapi virus corona yang berbahaya", kata Suh Hoon, Penasihat Keamanan Nasional Korsel, sebagaimana diberitakan AFP.
Pyongyang juga mengakui telah menembak pria itu 10 kali, karena secara ilegal telah memasuki perairan negeri itu. Karena menolak untuk mengidentifikasi dirinya dengan benar
"Penjaga pantai menembaki dia sesuai dengan instruksi tetap," katanya lagi sambil membaca sepucuk surat dari departemen partai berkuasa di Korut yang bertanggung jawab pada hubungan dengan Korsel.
Namun sayangnya belum ada konfirmasi tentang isi surat itu dari media Korut. Biasanya akan ada pernyataan dari media lokal KCNA, terkait isu yang terjadi antara kedua negara.
Sejumlah pengamat mengatakan ini jarang terjadi. Ahn Chan-il, seorang pembelot Korut yang menjadi peneliti di Seoul, mengatakan sangat langka Korut menawarkan permintaan maaf. Apalagi ke Korsel dan presidennya.
"Saya pikir ini pertama kali sejak 1976," tegasnya merujuk pembunuhan dua perwira AS di Zona Demiliterisasi kedua negeri serumpun itu.
Pengamat lain mengatakan Korut ingin menenangkan tetangganya setelah penembakan terjadi. Hal ini ditegaskan pengamat dari Universitas Ewha, Prof Leif-Eric Easley.
"Permintaan maaf mengurangi risiko eskalasi antara kedua Korea dan membuat harapan pemerintah Moon (Presiden Korsel)," ujarnya.
Sebelumnya, seorang pejabat perikanan Korsel hilang dari Senin (21/9/2020). Pejabat tersebut dilaporkan hilang dari kapal patroli perikanan Korsel ketika berada sekitar 10 kilometer (6 mil) di selatan Garis Batas Utara (NNL), wilayah yang disengketakan antara kedua negara serumpun.
Ia lalu ditemukan prajurit Korut, ditembak dan mayatnya dibakar. Media Korsel Yonhap dari sumber mengatakan pasukan Korut mungkin bertindak di bawah perintah aturan pencegahan virus corona (Covid-19).
Hal ini membuat Korsel berang. Presiden Moon yang konsisten menginginkan perdamaian dua Korea, mengatakan hal ini tak bisa ditolerir dengan alasan apapun. Hal sama juga terlihat di editorial Harian Korsel JoongAng yang marah dengan tindakan Korut.
"Tindakan membunuh seorang pria tak bersenjata dan membakar tubuhnya tidak bisa dimaafkan dengan cara apa pun," katanya.
Dalam sebuah media lokal, ditulis AFP, pejabat perikanan Korsel tersebut mengenakan jaket pelampung saat menghilang dari kapal patroli di perbatasan Yeonpyeong. Pasukan Korut menemukannya 24 jam kemudian.
Dia berusia 40 tahun. Ia memiliki dua anak dan baru saja bercerai dengan istrinya karena masalah keuangan.
Pejabat militer Seoul mengatakan ia sempat diinterogasi saat masih berada di dalam air. Ia sempat mengatakan keinginan membelot ke Korut.
Tetapi ia dibunuh setelah perintah dari turun perintah. Ini, disebut, sesuai dengan peraturan pencegahan darurat nasional.
Sama seperti belahan dunia lain, Korut juga tengah melawan Covid-19. Pyongyang menutup perbatasannya dengan China pada Januari dan media pemerintah mengatakan pihak berwenang telah menaikkan keadaan darurat ke tingkat maksimum pada Juli.
(sef/sef) Next Article Breaking: Kim Jong Un Minta Maaf ke Korsel