Internasional

Desak PM Thailand Mundur, Ini Detik-detik Demo di Bangkok

Monica Wareza, CNBC Indonesia
19 September 2020 21:29
Pro-democracy activists raise a three-finger salute, a symbol of resistance, during a protest at Thammasat University in Bangkok, Thailand, Saturday, Sept. 19, 2020. Protesters gathered Saturday in Bangkok for what was expected to be the biggest rally yet in an ongoing campaign calling for a new election and democratic reforms. (AP Photo/Sakchai Lalit)
Foto: AP/Sakchai Lalit

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah guyuran hujan yang tak terlalu deras, sebanyak 20.000 pengunjuk rasa di Bangkok berkumpul di Sanam Luang, taman di kompleks Kerajaan Thailandm untuk melakukan protes 2 hari.

Unjuk rasa ini ditujukan untuk mendesak diakhirinya pemerintahan yang didominasi militer di bawah Perdana Menteri Jenderal Prayut Chan-o-cha dan menerapkan konstitusi baru.

Dilansir dari Bangkok Post, ribuan demostran ini mendesak reformasi monarki di Thailand, masalah yang telah memicu reaksi keras dari segmen masyarakat yang lebih konservatif.

Khusus ke kerajaan, mahasiswa juga meminta adanya reformasi besar-besaran. Salah satu poinnya, pembatasan kekuasaan Raja Maha Vajiralongkorn atas konstitusi, kekayaan kerajaan dan angkatan bersenjata.

Aksi ini juga didukung oleh para veteran berbaju merah yang tergabung dalam United Front for Democracy against Dictatorship (UDD) yang beberapa tahun terakhir tetap low profile dan tak ikut arus protes, tapi kemudian akhirnya memutuskan sudah waktunya untuk memberikan dukungan.

Kronologis

Pada pukul 9.00 malam ini diagendakan orasi dari para perwakilan pemprotes yang menegaskan bahwa PM Prayut Chan-o-cha harus mengundurkan diri dan merevisi konstitusi.

Sejak pukul 7.00 malam, massa ini juga dihadiri oleh tokoh politik seperti pemimpin Move Forward Party, Pita Limjaroenrat dan anggotanya, juga ada mantan pendukung Future Forward Party (FFP), Thanathorn Juangroongruangkit, Piyabutr Saengkanokkul dan Pannika Wanich, yang saat ini bergabung dengan Gerakan Progresif.

Lalu Chaturon Chaisang, mantan anggota Thai Raksa Chart; dan Parit Wacharasindhu, mantan anggota Partai Demokrat.

Aksi ini telah dimulai sejak pukul 9.00 pagi ini di mana para demonstran berduyun-duyun mendatangi Thammasat University yang masih terkunci.

Pro-democracy demonstrators raise a three-finger symbol of resistance salute as they walk past the Grand Palace in Bangkok, Thailand, Saturday, Sept. 19, 2020. Protesters gathered Saturday in Bangkok for what was expected to be the biggest rally yet in an ongoing campaign calling for a new election and democratic reforms. (AP Photo/Gemunu Amarasinghe)Foto: AP/Gemunu Amarasinghe
Pro-democracy demonstrators raise a three-finger symbol of resistance salute as they walk past the Grand Palace in Bangkok, Thailand, Saturday, Sept. 19, 2020. Protesters gathered Saturday in Bangkok for what was expected to be the biggest rally yet in an ongoing campaign calling for a new election and democratic reforms. (AP Photo/Gemunu Amarasinghe)

Administrator kampus sebelumnya melarang penggunaan kampus untuk unjuk rasa, dengan mengatakan para pemimpin protes tidak menyetujui permintaan untuk mengekang beberapa tuntutan mereka yang kontroversial.

Pengunjuk rasa ini menggunakan atribut seperti kaos hitam, masker wajah, jas hujan dan membawa payung. Mereka sebagian besar berasal dari pelajar dan mahasiswa serta anggota masyarakat.

14 lokasi

Sejak pagi telah diterjunkan 57 kompi polisi atau sekitar 8.500 petugas di 14 lokasi. Petugas ini terdiri dari polisi patroli perbatasan dari provinsi Chai Nat dan petugas anti huru-hara dari Nakhon Pathom.

Para pengunjuk rasa yang ikut aksi ini seluruhnya harus melewati screening checkpoint untuk memastikan bahwa mereka tidak membawa senjata.

Orasi dimulai jelang tengah hari oleh sejumlah aktivis yang menyebut dirinya Gerakan Isan Bebas (Fee Isan Movement) yang berbasis di Maha Sarakham. Mereka secara bergantian melakukan kritik terhadap pemerintah.

Rombongan ini juga membawa karya seni dari beberapa universitas yang menampilkan pesan anti-kediktatoran dipajang di sepanjang pagar Universitas Thammasat di sisi Sanam Luang.

Aktivis Panupong Jadnok datang ke lokasi pada 10.40 pagi tersebut untuk mengamati situasi dan melihat berapa banyak orang yang bergabung dalam rapat umum.

Dia mengatakan dia tidak pernah mengira kampus Thammasat akan menutup gerbangnya mengingat reputasi historisnya untuk mendukung kebebasan berekspresi.

Pro-democracy demonstrators force themselves into the Sanam Luang field, a popular location for political protests, in Bangkok, Thailand, Saturday, Sept. 19, 2020. Protesters gathered Saturday in Bangkok for what was expected to be the biggest rally yet in an ongoing campaign calling for a new election and democratic reforms. (AP Photo/Gemunu Amarasinghe)Foto: AP/Gemunu Amarasinghe
Pro-democracy demonstrators force themselves into the Sanam Luang field, a popular location for political protests, in Bangkok, Thailand, Saturday, Sept. 19, 2020. Protesters gathered Saturday in Bangkok for what was expected to be the biggest rally yet in an ongoing campaign calling for a new election and democratic reforms. (AP Photo/Gemunu Amarasinghe)

Kampus dikunci

Tepat tengah hari para pengunjuk rasa mulai marah karena gerbang universitas masih terkunci. Beberapa mencoba memanjat pagar untuk masuk ke dalam.

Pimpinan protes Panusaya "Rung" Sithijirawattanakul dan Panupong "Mike Rayong" Jadnok menenangkan kerumunan dan bernegosiasi dengan staf universitas, yang akhirnya setuju untuk membuka gerbang untuk memungkinkan orang banyak masuk.

Sore hari sebanyak 1.000 pengunjuk rasa ini mulai bergerak ke Sanam Luang dengan truk yang mengangkut peralatan untuk membangun panggung besar.

Polisi meminta pengunjuk rasa untuk mengakhiri demonstrasi di Sanam Luang dalam waktu satu jam, dengan alasan pelanggaran Undang-Undang Majelis Umum karena penyelenggara tidak memberi tahu petugas tentang aktivitas tersebut 24 jam sebelumnya.

Saat Pol Col Vorasak Pisitthabannakorn, kepala stasiun Chana Songkhram, membaca pengumuman tersebut, beberapa pengunjuk rasa mencoba melepaskan kabel mikrofonnya.

Sementara sebagian lainnya berhadapan dengan polisi anti huru-hara dan memberikan hormat tiga jari. Polisi akhirnya harus membuka gerbang agar para demonstran bisa masuk.

Namun tak lama berselang lebih banyak pengunjuk rasa ini mulai bergerak ke Sanam Luang dari Universitas Thammasat dengan peringatan polisi bahwa "wilayah kerajaan" terlarang. Polisi juga memperingatkan bahwa masuk dalam radius 50 meter dari Mahkamah Agung dilarang.

"Sanam Laung dulu adalah ruang publik yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Menduduki itu merebutnya kembali," kata penyelenggara reli dalam pernyataan sebelumnya.

"Jalan Ratchadamnoen Klang mungkin juga ditutup untuk pameran seni dan kegiatan lainnya. Nama jalan akan diubah menjadi 'Rassadon Avenue," kata mereka.

Pro-democracy protesters sit in front of a poster of the three finger symbol of resistance  during a protest outside Thammasat University in Bangkok, Thailand, Saturday, Sept. 19, 2020. Protesters gathered Saturday in Bangkok for what was expected to be the biggest rally yet in an ongoing campaign calling for a new election and democratic reforms. (AP Photo/Sakchai Lalit)Foto: AP/Sakchai Lalit
Pro-democracy protesters sit in front of a poster of the three finger symbol of resistance during a protest outside Thammasat University in Bangkok, Thailand, Saturday, Sept. 19, 2020. Protesters gathered Saturday in Bangkok for what was expected to be the biggest rally yet in an ongoing campaign calling for a new election and democratic reforms. (AP Photo/Sakchai Lalit)

Pukul 05.00 sore

Pada pukul 5.00 sore polisi Polisi memagari rumput di Sanam Luang dan mengatakan para demonstran hanya dapat menggunakan area beraspal di lokasi tersebut, di mana panggung telah dipasang, tetapi kerumunan terus membengkak, mendobrak penghalang dan bergerak ke rumput tempat mereka menetap.

Polisi kembali menegaskan larangannya ini dengan memasang penghalang baru. Disebutkan dalam Undang-undang Majelis Umum melarang berkumpul dalam jarak 150 meter dari kompleks Istana Agung dan istana anggota Keluarga Kerajaan.

Tiga truk air besar telah ditempatkan di belakang penghalang baru.

Sejumlah pengunjuk rasa membawa replika kapal selam sepanjang 3 meter, simbol jenis belanja negara yang mereka lawan ke Sanam Luang.

Pada 6.30 sore diperkirakan jumlah massa sudah mencapai 20.000 memadati Sanam Luang yang memiliki luas sekitar 110.000 meter persegi dan sekitar sepertiganya masih diblokir.

Sebagian besar peserta sedang duduk, mewakili kepadatan sekitar satu orang untuk setiap 1-2 meter persegi, tetapi beberapa area masih terbuka.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pendemo Bangkok Siap Deklarasikan Partai Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular