Covid Makin Mengganas, Eropa Siap-siap Lockdown Lagi?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
18 September 2020 19:35
WHO: Kasus Covid-19 di Eropa Sudah Mengkhawatirkan (CNBC Indonesia TV)
Foto: WHO: Kasus Covid-19 di Eropa Sudah Mengkhawatirkan (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkhawatirkan terjadinya lonjakan drastis angka kasus positif Covid-19 di Eropa.

Direktur Regional WHO untuk Eropa Hans Kluge mengatakan kondisi di Eropa saat ini sangat serius. Hal ini menurutnya ditunjukkan dengan data kasus mingguan kini telah melebihi dari laporan ketika pandemi pertama kali memuncak di Eropa pada Maret lalu. Dia mengatakan, jumlah pasien positif Covid-19 di kawasan Eropa telah melebihi 300.000 pasien, berdasarkan data mingguan.

"Lebih dari setengah negara Eropa telah melaporkan peningkatan kasus lebih dari 10% dalam dua minggu terakhir. Dari jumlah tersebut, tujuh negara mengalami peningkatan kasus baru lebih dari dua kali lipat dalam periode yang sama," jelasnya dalam jumpa pers pada Kamis (17/09/2020), seperti dikutip dari CNBC Internasional.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (European Center for Disease Prevention and Control/ ECDC) pada Rabu (16/9/2020) memperingatkan bahwa tingkat pemberitahuan kasus baru untuk Uni Eropa, Wilayah Ekonomi Eropa, dan Inggris "telah meningkat selama lebih dari 50 hari, dengan lebih dari separuh negara Uni Eropa saat ini mengalami peningkatan kasus."

Spanyol, yang memiliki jumlah infeksi virus korona terkonfirmasi tertinggi di Eropa dengan 625.651 kasus positif dan 30.405 kematian, dilaporkan akan mengumumkan aturan penguncian wilayah (lockdown) yang ditargetkan di wilayah dimana virus menyebar dengan cepat, dan memperbarui pembatasan pergerakan pada Jumat (18/9/2020).

Sementara itu, di Prancis kini memiliki 415.481 kasus positif, 31.095 kematian, 90.840 sembuh. Mengomentari meningkatnya kasus, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan pada Rabu bahwa virus itu beredar "lebih cepat dan lebih cepat di beberapa bagian negara," seperti dikutip dari Reuters.

Inggris, yang memiliki jumlah kasus tertinggi ketiga di Eropa, dengan 381.614 positif dan 41.705 kematian, telah mengalami peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kasus di berbagai bagian utara Inggris dalam beberapa pekan terakhir.

Menteri Kesehatan Inggris mengatakan pada hari Jumat bahwa virus corona meningkat di seluruh negeri, dengan penerimaan rumah sakit dua kali lipat setiap delapan hari, tetapi menolak untuk mengatakan apakah aturan penguncian (lockdown) nasional akan diberlakukan bulan depan.

Tetapi Inggris setidaknya sudah mulai memberlakukan kembali aturan untuk membatasi pertemuan sosial, dengan jumlah orang yang diizinkan untuk bertemu sekarang dibatasi hingga enam orang saja.

Sementara Italia, yang merupakan episentrum wabah virus corona pertama di Eropa dan memiliki jumlah infeksi tertinggi keempat di Eropa dengan 293.025 positif, 35.658 kematian, dan 215.954 kasus sembuh, hingga saat ini, juga mengalami peningkatan kasus.

Kementerian kesehatan mengatakan pada Rabu bahwa Italia telah mendaftarkan 1.452 kasus baru dalam 24 jam terakhir, naik dari 1.229 kasus baru pada Selasa, meskipun ini sebagian disebabkan oleh peningkatan tajam dalam tes virus corona, menurut kantor berita ANSA. Meskipun demikian, Kementerian Kesehatan mencatat bahwa Italia mengalami jumlah kasus aktif tertinggi sejak Juni, dengan 40.532 orang saat ini terinfeksi virus corona.

Sementara Jerman, yang kini tercatat memiliki 269.042 kasus positif, 9.457 kematian, dan 241,300 kasus sembuh, telah mengalami sedikit peningkatan dalam kasus setelah berhasil menekan jumlah kematian yang rendah dibandingkan dengan jumlah kasusnya.

Robert Koch Institute, institusi yang memantau epidemi di Jerman, mengatakan bahwa "peningkatan jumlah kasus yang dilaporkan sejak pertengahan Juli telah stabil pada tingkat yang sedikit lebih tinggi dalam pekan ke-35 (mulai 24 Agustus) dan pekan ke-36.

Tetapi sejak pekan ke-37 menurutnya ada sedikit peningkatan jumlah kasus, di mana lebih banyak orang muda telah terinfeksi dalam beberapa pekan terakhir.

Sejauh ini, jumlah kematian akibat infeksi yang meningkat secara signifikan lebih rendah daripada di musim semi dan awal musim panas ketika virus pertama kali menyerang Eropa, tetapi WHO memperingatkan bahwa situasi ini dapat berubah saat memasuki musim dingin.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO Serang Data Covid China, Ada Apa Xi Jinping?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular