Walah! Utang Luar Negeri BUMN Makin Bengkak, Capai Rp 838 T

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
15 September 2020 14:53
Logo BUMN  (Dok Kementerian BUMN)
Foto: Logo BUMN (Dok Kementerian BUMN)

Masalah lain juga muncul dari porsi ULN korporasi yang tinggi dimiliki oleh perusahaan yang bergerak di sektor yang cenderung capital intensive serta bergantung pada komoditas (commodity based).

Di masa pandemi seperti sekarang ini harga-harga komoditas masih tertekan, terutama harga batu bara. Saat pandemi Covid-19 belum merebak saja, harga komoditas sudah mulai melemah akibat perlambatan ekonomi global. Apalagi sekarang.

Dalam Kajian Stabilitas Sistem Keuangan triwulan I-2020, BI mengatakan bahwa pergerakan harga komoditas ini akan mempengaruhi kemampuan korporasi dalam mencetak laba serta melakukan investasi. 

Pada periode 2006-2019, pola pergerakan pro tabilitas dan investasi korporasi sejalan dengan pergerakan harga komoditas. Hal tersebut sejalan dengan peran penting sektor komoditas terutama batu bara dan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/ CPO) terhadap perekonomian1 serta keterkaitan yang nggi sektor komoditas (pertanian dan pertambangan) dengan sektor lainnya.

Pada periode booming harga komoditas (2003-2011), pro tabilitas korporasi meningkat sejalan dengan peningkatan harga komoditas dan menurun sampai setelah periode booming harga komoditas berakhir.

Penurunan harga komoditas masih berlanjut pada 2019 sehingga menyebabkan penurunan profitabilitas korporasi yang semakin dalam. Penurunan kinerja korporasi lebih dalam pada periode distress.

BI juga melihat adanya kenaikan risiko dari sisi neraca korporasi. Pada kajian stabilitas sistem keuangan kuartal I tahun ini BI melihat bahwa ada tiga risiko neraca yang memburuk pada kuartal tiga tahun lalu yaitu risiko likuiditas, nilai tukar serta leverage (utang). 

Kajian Stabilitas Sistem Keuangan Bank Indonesia Triwulan I 2020Sumber : Kajian Stabilitas Sistem Keuangan Bank Indonesia Triwulan I 2020

Di antara ketiga risiko di atas yang paling memburuk adalah leverage risk-nya. Itu merupakan kondisi sebelum pandemi terjadi. Di masa pandemi, kondisi likuiditas perusahaan tentunya memburuk akibat adanya kebijakan pembatasan mobilitas publik.

Anjloknya penjualan yang signifikan serta produktivitas yang turun membuat profitabilitas tergerus. Arus kas perusahaan pun terkena imbasnya. Pada akhirnya kemampuan untuk membayar kewajiban juga tertekan. Strategi refinancing melalui penerbitan surat utang menggunakan bunga yang tinggi tentunya juga akan berdampak di masa depan. 

Banyaknya BUMN yang terlilit utang serta ruang fiskal yang terbatas membuat pemerintah akan lebih selektif dalam memilih BUMN mana yang akan diselamatkan (bailout) ketika terjadi sesuatu yang tak diinginkan.

Dalam lima tahun periode pertama Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjabat, ambisi pembangunan infrastruktur yang masif dengan melibatkan BUMN banyak yang dibiayai dengan utang.

Jika mengacu pada neraca, tingkat net debt to EBITDA BUMN RI terus tumbuh. Pada 2019 saja posisinya sudah mencapai lebih dari 4x. Artinya leverage yang digunakan sudah tergolong sangat tinggi. Jelas ini merupakan masalah yang sangat serius. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular