
Bonus Demografi Indonesia Bisa Jadi Malapetaka?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Lembaga Demografi Universitas Indonesia Turro Wongkaren bicara soal bonus demografi sedang dialami oleh Indonesia. Hal itu dipaparkan Turro dalam acara Sarasehan Virtual 100 Ekonom: Transformasi Ekonomi Indonesia Menuju Negara Maju dan Berdaya Saing yang ditayangkan langsung CNBC Indonesia, Selasa (15/9/2020).
"Jadi memang ini kalau ditanyakan setahun lalu mungkin jawaban beda. Karena posisi 2020-2024 kita menghadapi puncak demografi, suplai tenaga kerja paling banyak dibanding periode-periode sebelumnya. Masalahnya kita hadapi dengan jumlah tenaga kerja lulusan SD, SMK... Kita juga menghadapi pandemi Covid-19," kata Turro.
Menurut dia, per Februari 2020, ada 138 juta orang angkatan kerja di Indonesia. Dari jumlah itu, ada pengangguran sekitar 7 juta orang.
"Untuk siapkan bonus demografi nggak jadi bencana, jadi perlu dipastikan semua orang mau kerja sedapat mungkin kerja," ujar Turro.
Ia juga mengingatkan kalau ada fenomena pengangguran terdidik hari-hari ini. Mereka berasal dari kalangan sarjana strata 1.
"Rata-rata bisa menganggur 6 bulan. Berapa banyak yang bisa menganggur 6 bulan? Banyak orang di Indo menganggur karena mereka mampu menganggur bukan karena mereka nggak dapat kerja, tapi nggak dapat yang mereka inginkan. Kayak dulu viral (lulusan UI) yang (mau) gaji Rp 8 juta misalnya," kata Turro.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy pun menyoroti bonus demografi saat memberikan keynote speech.
Menurut dia, ada 138 juta orang angkatan kerja di Indonesia. Dari jumlah itu, ada pengangguran sekitar 7 juta orang.
"Sekarang nggak tahu berapa penambahan pengangguran di sini. Bonus demografi kalau gagal mengelola memang yang terjadi bukan bonus tapi malapetaka demografi," ujar Muhadjir.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masalah Pendidikan RI: SMP Rawan DO, SMK tidak Sesuai Pasar