'Perusahaan Zombie' Gentayangan di Tengah Pandemi Covid-19

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
09 September 2020 07:45
Perayaan Halloween di Essen, Jerman pada 31 Oktober 2019 (REUTERS/Leon Kuegeler)
Foto: Maskapai Penerbangan Lion Air. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tak terasa masa 'new normal' atau adaptasi kebiasaan baru sudah bergulir 3 bulan semenjak ada pelonggaran aktivitas ekonomi medio Juni 2020 lalu. Selama 3 bulan aktivitas ekonomi mulai dibuka, tapi tak dilakukan secara penuh karena ada pembatasan-pembatasan kapasitas pergerakan orang untuk memenuhi protokol kesehatan.

Hal ini membuat proses pemulihan ekonomi tentu saja tak berjalan maksimal. Ini karena banyak perusahaan beroperasi dalam kondisi tak sepenuhnya bisa berjalan. Kondisi demikian memunculkan fenomena 'zombie companies'. Benarkah?

Di sektor transportasi yang paling terasa dampaknya, bahkan sejak Juli saja bandara-bandara mulai merasakan dampaknya, harus beroperasi di tengah pembatasan. Sehingga membuat mereka mencoba menekan biaya operasi setiap hari dengan pembatasan waktu operasi dan menekan operasi kegiatan terminal lebih luas.

Bahkan belakangan, ada fenomena baru lagi, di maskapai penerbangan ada yang sudah menutup operasi secara penuh. Skala ekonomi penerbangan tak tercapai di tengah pembatasan penumpang hanya 50%-70% dan kondisi jumlah penumpang yang masih takut beraktivitas naik pesawat.

Juga fenomena, PT KAI tiba-tiba membatalkan puluhan perjalanan kereta. Alasan mereka, karena upaya penataan ulang jadwal dan perjalanan beberapa rute kereta api.

Ekonom Chatib Basri yang juga mantan menteri keuangan sempat memaparkan fenomena aktivitas ekonomi selama masa 'new normal'. Dalam akun Twitter-nya akhir Agustus lalu, Chatib menjelaskan dengan data google mobility, bahwa setelah ada pelonggaran aktivitas ekonomi, mobilitas warga naik tajam, lalu setelah itu ada tren datar dan melambat. Ia bilang data menunjukkan bulan Juni-Agustus 2020 terjadi perlambatan.

Mengapa?

Chatib menjelaskan ada beberapa kemungkinan penyebab dari fenomena di atas. Ia mengatakan bisa jadi penyebabnya karena daya beli yang lemah. Lalu ada perilaku kelas menengah atas yang berhati-hati karena mengutamakan kesehatan.

Selain itu ada perubahan perilaku, antara lain belanja online dan lainnya. Juga masalah protokol kesehatan membuat ekonomi tak bisa beroperasi 100%, akibatnya skala ekonomis tak tercapai.

"Jika ekonomi hanya beroperasi 50%, maka untuk banyak sektor break even point tak tercapai. Perusahaan bisa tetap survive selama msh bisa bayar biaya variable spt gaji dsb, tapi tak untung. Perusahaan bisa jadi zombie companies," kata Chatib dikutip, Rabu (9/9).

Ia mengatakan dengan kondisi semacam itu, perusahaan berjalan tapi tak ada insentif untuk ekspansi dan meningkatkan investasi. Dampaknya ekonomi akan stagnan atau pemulihan lambat.

Selama 'new normal' memang ada beberapa perubahan dari perilaku perusahaan, terutama pada aktivitas transportasi, berikut yang pernah terjadi:

Semenjak pembukaan ekonomi Juni 2020, banyak maskapai di dalam negeri harus membuka tutup operasi mereka karena harus melakukan penyesuaian kebijakan dan penataan operasi.

Baru-baru ini, maskapai penerbangan TransNusa memilih menghentikan sementara layanan penerbangannya. Penghentian operasi ini berlaku efektif pada 8 sampai 30 September 2020.

Direktur Utama TransNusa, Bayu Sutanto, membenarkan penghentian operasi sementara ini. "Karena pandemi masih seperti ini kan orang juga takut bepergian. Penumpang juga otomatis demand dari penumpang juga nggak tinggi," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (8/9/20).

Dia menegaskan bahwa beban operasional yang ditanggung perusahaan lebih tinggi ketimbang pendapat dari penumpang yang relatif sepi. Karena itu, ia memiliki menghentikan operasi sementara untuk meminimalisir kerugian.

"Kan rugi, saya nggak tahu airline lain tapi menurut kita sih tetap rugi untuk operasi," urainya.

Sebanyak 97 jadwal perjalanan dari 64 kereta sepanjang bulan September 2020 dibatalkan. PT KAI menegaskan bahwa bagi penumpang yang telah memesan tiket, akan dilakukan pengembalian uang 100%.

"KAI akan mengembalikan 100% tiket pelanggan yang terdampak. Pengembalian uang tiket dilakukan di seluruh loket stasiun, maksimal 30 hari dari tanggal keberangkatan," kata VP Public Relations KAI Joni Martinus dalam pernyataannya ditulis CNBC Indonesia, Selasa (8/9/20).

Ia menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan yang dialami para pelanggan akibat penghentian sementara perjalanan kereta api. Dia beralasan, penghentian sementara tersebut dilakukan dalam upaya penataan ulang jadwal dan perjalanan beberapa rute kereta api.

"Untuk peningkatan pelayanan, agar semakin selaras dengan kebutuhan pelanggan," lanjutnya.

Sebelumnya, PT Kereta Api Indonesia (Persero) juga pernah membatalkan 28 rute perjalanan KA dalam upaya memutus penyebaran virus corona (COVID-19). Pembatalan rute akan dilakukan mulai 1 April - 1 Mei 2020, atau sebelum pembukaan kembali aktivitas.

Setidaknya sampai akhir Juli 2020 lalu, bandara-bandara di Indonesia ramai-ramai melakukan penghematan. Salah satu caranya adalah dengan memangkas jam operasional hingga tutup terminal. Hal ini berdampak pada jadwal penerbangan yang tak bisa dilakukan secara sembarangan.

Sampai penghujung Juli, PT Angkasa Pura II belum membuka operasional terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) Tangerang. Operator bandara memilih mengoptimalkan operasional di terminal 2 dan 3 Bandara Soetta. Hal ini bagian dari upaya penghematan di tengah penerbangan yang belum normal meski sudah ada tanda-tanda geliat terbatas.

"Di tengah COVID-19 ini Soekarno-Hatta beroperasi dengan Terminal 2 dan Terminal 3. Pada bulan ini, lalu lintas penerbangan mulai berangsur pulih dan Terminal 2 melayani hingga 70% total penumpang di Soekarno-Hatta, sementara 30% dilayani melalui Terminal 3," kata Director of Operation & Service PT Angkasa Pura II (Persero) Muhamad Wasid, dikutip Rabu (22/7).

Sementara itu, PT Angkasa Pura I juga pernah melakukan hal serupa dengan menggabungkan beberapa terminal di bandara yang mereka kelola.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular