Internasional

AS Sebut China Bangun Pangkalan Militer, RI Diminta Hati-hati

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
04 September 2020 11:09
Chinese soldiers march in formation during a rehearsal before a large parade to commemorate the 70th anniversary of the founding of Communist China in Beijing, Tuesday, Oct. 1, 2019. Chinese Communist Party leader and President Xi Jinping on Monday renewed his government's commitment to allowing Hong Kong to manage its own affairs amid continuing anti-government protests in the semi-autonomous Chinese territory. (AP Photo/Mark Schiefelbein)
Foto: Parade Militer Memperingati Hari Kemerdekaan 70 Tahun Republik Rakyat China (RRC) di Beijing pada Selasa, 1 Oktober 2019 (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia baru-baru ini dihebohkan oleh laporan dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) yang di dalamnya menyebutkan bahwa China kemungkinan sedang berupaya membangun pangkalan militer di negara lain, termasuk di Indonesia.

Menanggapi hal itu, Guru Besar Hukum Internasional UI Hikmahanto Juwana mengatakan bahwa Indonesia harus waspada.

Bagi Indonesia yang merupakan salah satu negara yang disebut harus waspada dengan penyebutan ini. Hal ini mengingat Indonesia memiliki kebijakan luar negeri yang bebas aktif," katanya dalam pernyataan kepada CNBC Indonesia, Jumat (4/9/2020).

"Indonesia tidak seharusnya menyediakan wilayah kedaulatannya untuk apapun penempatan tentara asing dari manapun. Ketergantungan ekonomi Indonesia ke suatu negara tidak boleh menggoyahkan politik luar negeri bebas aktif dan kokohnya kedaulatan Indonesia."

Namun demikian, ia juga mengatakan bahwa Indonesia juga harus berhati-hati dalam menyikapi laporan Pentagon mengingat pada saat ini AS sedang membutuhkan legitimasi dari banyak negara untuk berhadapan dengan militer China di Laut China Selatan.

"Indonesia tidak seharusnya terjebak untuk mendukung AS dalam rivalitasnya dengan China," tegasnya.

"Ada kemungkinan penyebutan Indonesia dalam laporan tersebut agar Indonesia menaruh curiga yang berlebihan terhadap China. Ini dilakukan karena AS memiliki pengamatan Indonesia terlalu dekat bahkan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap China."

Lebih lanjut, Hikmahanto juga mengatakan bahwa Indonesia perlu menjaga jarak antar negara besar yang berseteru dengan kebijakan luar negeri yang bebas aktif.

"Bila pengambil kebijakan berat sebelah ke salah satu negara maka rakyat akan menilai dan mereka akan memastikan untuk tidak memilih partainya dalam pemilu mendatang," katanya.

Sebelumnya dalam laporan tahunan dari Departemen Pertahanan ke Kongres, yang berjudul "Perkembangan Militer dan Keamanan yang Melibatkan Republik Rakyat China 2020", AS menyebut China menargetkan sejumlah negara di dunia sebagai tempat membangun pangkalan militer.

Dalam laporan tersebut, pemerintahan Presiden Donald Trump menyebut langkah China itu bertujuan untuk memungkinkan PLA/Tentara Pembebasan Rakyat memproyeksikan dan mempertahankan kekuatan militer pada jarak yang lebih jauh. Namun hal itu juga diyakini akan mengganggu operasi militer AS dan mendukung operasi ofensif terhadap negara tersebut.

"Di luar pangkalannya di Djibouti, China kemungkinan besar sudah mempertimbangkan dan merencanakan fasilitas logistik militer tambahan untuk mendukung proyeksi angkatan laut, udara, dan darat," bunyi laporan dalam situs Kementerian Pertahanan AS, www.defense.gov."

China kemungkinan telah mempertimbangkan Myanmar, Thailand, Singapura, Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, Kenya, Seychelles, Tanzania, Angola, dan Tajikistan sebagai lokasi fasilitas logistik militer PLA."

China telah membantah laporan AS itu. Pemerintah melalui juru bicara kementerian luar negeri menyebut hal tersebut bias.

Pemerintah Indonesia melalui Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah berkomentar soal laporan Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) ke Kongres terkait kemungkinan pendirian pangkalan militer China di sejumlah negara termasuk Indonesia.



Ia mengatakan hal tersebut tidak memungkinkan karena konsep politik luar negeri RI, yang memegang teguh sikap bebas aktif.

Sebelumnya, China memang memiliki pangkalan militer di Republik Djibouti di Afrika, yang dibangun di 2017. Ini merupakan satu-satunya pangkalan China saat ini.


(res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hong Kong Warning Trump, Cabut Status Khusus Bumerang bagi AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular