Internasional

Wow! Xi Jinping Katanya Makin Mesra dengan Kim Jong Un

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
03 September 2020 15:41
North Korean leader Kim Jong Un shakes hands with Chinese President Xi Jinping in Beijing, China, in this photo released June 20, 2018 by North Korea's Korean Central News Agency. KCNA via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS PICTURE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. REUTERS IS UNABLE TO INDEPENDENTLY VERIFY THE AUTHENTICITY, CONTENT, LOCATION OR DATE OF THIS IMAGE. NO THIRD PARTY SALES.  SOUTH KOREA OUT. SOUTH KOREA OUT. NO COMMERCIAL OR EDITORIAL SALES IN SOUTH KOREA.
Foto: KCNA via REUTERS

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan antara China dengan Korea Utara (Korut) disebut Amerika Serikat (AS) semakin hangat di tahun 2019 lalu. Dalam laporan terbaru, Pentagon mengatakan Tentara China (PLA) bahkan terus melakukan latihan militer di Semenanjung Korea.

"Hubungan China dengan Korut tampaknya agak hangat setelah ketegangan periode setelah China meningkatkan implementasi resolusi Dewan Keamanan PBB pada 2017," tulis laporan berjudul "Military and Security Developments Involving The People's Republic of China" yang ditujukan ke Kongres AS, dikutip Kamis (3/9/2020).

Sebelumnya China menerapkan sanksi resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap Korut. Tetapi, kata AS, Beijing secara teratur tidak mengaplikasikan dengan benar sanksi itu.

"Transfer kapal-kapal ilegal di laut teritorial China, perbankan Korut dan perwakilan ... (China bahkan) terus mengimpor batu bara meskipun dengan volume yang lebih rendah melalui perahu China atau transfer antar-kapal," kata AS.

Di 2019, Presiden XI Jinping juga bertemu dua kali dengan Kim Jong-un. Ini melengkapi banyak pertemuan resmi tingkat bawah antara Korut dan China.

AS juga menyebut bahwa China dan Korut telah memulai kembali diplomasi militer tingkat tinggi. Mencakup partisipasi Korut dalam tinjauan armada internasional Angkatan Laut PLA (PLAN) dan beberapa pertemuan antara pejabat militer.

"Tujuan China untuk Semenanjung Korea termasuk stabilitas, denuklirisasi, dan tidak adanya pasukan AS di dekat perbatasan China," kata AS.

Dalam laporan itu, AS juga mengklaim bahwa PLA melakukan latihan militer sebagai persiapan untuk kontinjensi di Semenanjung Korea. Termasuk acara pelatihan pertahanan udara, darat, laut, dan kimia.

"Para pemimpin China dapat memerintahkan Komando Teater Utara untuk terlibat dalam berbagai operasi jika terjadi krisis. Ini bisa termasuk mengamankan perbatasan China-Korea Utara untuk mencegah arus pengungsi atau intervensi militer ke Korea Utara," tulis laporan 200 halaman itu.

"China dapat mengutip Perjanjian Persahabatan, Kerja Sama, dan Bantuan Bersama tahun 1961 yang ditandatangani dengan Korea Utara sebagai pembenaran untuk mengirim PLA ke Korea Utara."

Pernyataan itu disampaikan setelah sebelumnya AS juga mengatakan bahwa China mencoba memperluas militernya ke negara-negara lain melalui kerja sama Belt and Road Initiative.

Beberapa negara yang menjadi target adalah negara anggota inisiatif tersebut. di antaranya termasuk Myanmar, Thailand, Singapura, Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, Kenya, Seychelles, Tanzania, Angola, dan Tajikistan.

"Saat ini, China menggunakan infrastruktur komersial untuk mendukung semua operasi militernya di luar negeri, termasuk kehadiran PLA di wilayah negara lain, termasuk pangkalannya di Djibouti.

"Beberapa proyek OBOR China dapat menciptakan potensi keuntungan militer, seperti akses PLA ke pelabuhan asing yang dipilih untuk memposisikan sebelumnya dukungan logistik yang diperlukan untuk mempertahankan penyebaran angkatan laut di perairan sejauh Samudra Hindia, Laut Mediterania, dan Samudra Atlantik untuk melindungi minat yang berkembang." jelasnya dalam laporan yang sama.

Laporan ini namun dibantah China. Melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan hal tersebut sangat bias.


(res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kim Jong Un Jadi Sekjen Partai Buruh, Apa Reaksi Xi Jinping?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular