Dua Kali Deflasi Berutut-turut, Sri Mulyani Geber Belanja

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
01 September 2020 17:14
Menteri Keuangan Sri Mulyani di Komisi XI DPR RI. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani di Komisi XI DPR RI. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, terjadi deflasi atau inflasi sebesar -0,05% (mtm) pada Agustus 2020. Ini merupakan deflasi kedua setelah pada Juli 2020 juga terjadi deflasi -0,10%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan deflasi menandakan masih lemahnya sisi permintaan. Oleh karena itu, beberapa jurus mendorong permintaan sudah disiapkan oleh pemerintah.

Dia menjelaskan, komponen permintaan yang berasal dari rumah tangga masyarakat melalui konsumsi. Permintaan juga berasal dari belanja pemerintah dan investasi. Keempat komponen itu, kata dia selalu dimonitor dan diakselerasi oleh pemerintah.

"Kita lihat komponen dari keempat ini, pemerintah sudah melakukan akselerasi belanjanya. Bulan Agustus ini kita perkirakan akan lebih baik, meski tingkatnya gak mungkin sebesar yang kita perkirakan. Yaitu supaya bisa tumbuh positif dari belanja pemerintah," jelas Sri Mulyani saat ditemui di Gedung DPR, Selasa (1/9/2020).

Meski mobilitas masyarakat sudah naik, namun kata Sri Mulyani belum diterjemahkan dalam belanja yang meningkat. Hal itu yang menurut dia sebagai suatu tantangan.

"Nah ini tantangan kita, kuncinya tetap Covid-19 harus ditangani. Sehingga masyarakat punya kesempatan, ruang, dan kegiatan untuk bisa melakukan kegiatan konsumsinya," tuturnya.

Adapun dari sisi investasi, menurut Sri Mulyani merupakan salah satu sektor terbesar di dalam permintaan. Pemerintah, kata dia akan selalu memantau dari aksi korporasi perusahaan-perusahaan.

Aktivitas bisnis perusahaan yang dimaksud yakni restrukturisasi kredit, pinjaman, dan dengan menormalisir pinjaman-pinjaman, sehingga kegiatan investasi bisa meningkat lagi.

"Ini kalau kita lihat kredit gross kita turun jadi hanya 1,4%. Jadi memang ini permintaan dari sisi investasi akan menurun. Oleh karena itu, kita berharap restrukturisasi dari pinjaman perusahaan di lembaga keuangan bisa memulihkan kembali kegiatan-kegiatan pinjaman yang kemudian berujung pada kegiatan investasi. " tuturnya.

Sementara dari sisi belanja pemerintah, pemerintah kata dia sudah mendorong masyarakat kelas bawah untuk mendapatkan berbagai stimulus dari pemerintah, mulai dari paket sembako, bantuan langsung tunai (BLT), subsidi gaji, dan sebagainya untuk mendorong daya beli masyarakat.

Kendati demikian, kata Sri Mulyani penyumbang konsumsi rumah tangga terbesar di Indonesia sebenarnya berasal dari kelas menengah atas, namun mereka lebih mengedepankan kepercayaannya dari penanganan Covid-19 yang dilakukan pemerintah.

"Dalam hal ini tergantung kepercayaan Covid-19 ini. Walaupun mobilitas masyarakat udah mulai naik, namun belum diterjemahkan dalam belanja yang meningkat. Nah ini tantangan kita, jadi kuncinya tetap covidnya harus ditangani," kata Sri Mulyani menegaskan.


(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cabai Rawit Merah Alami Deflasi pada April, Ini Analisis BPS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular