
Bikin Deg-degan, Begini Jawaban Sri Mulyani Apakah RI Resesi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 membawa banyak negara masuk ke jurang resesi. Indonesia pun ada di ambang jurang resesi karena perekonomian yang sangat tertekan terutama pada kuartal II-2020 yang tercatat minus 5,32%.
Ini adalah catatan perekonomian Indonesia teranjlok dalam 10 tahun terakhir yang selalu tumbuh positif di sekitar 5%. Untuk menghindari Indonesia masuk ke jurang resesi, maka perekonomian di kuartal III harus bisa kembali ke zona positif meski sulit.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia masih mempunyai waktu 1,5 bulan di kuartal III ini dan semua instrumen kebijakan akan dilakukan untuk mendorong perekonomian ke arah netral atau setidaknya bisa capai 0%.
"Masih ada 1,5 bulan dan pemerintah akan gunakan semua instrumen untuk terus menjaga pemulihan atau pembalikan ekonomi ke arah positif," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (28/8/2020).
Menurutnya, meski tertekan cukup dalam, tapi perekonomian Indonesia lebih baik dari negara lainnya yang sama-sama terkena Covid-19. Di mana, perekonomian Indonesia terkontraksi masih single digit sedangkan negara lainnya double digit.
Ia mencontohkan seperti Singapura yang minus 13%, Malaysia 17% dan Thailand 12% serta yang terdalam adalah Spanyol yang minus hingga 22% di kuartal II-2020.
Lanjutnya, kondisi ini menggambarkan bahwa semua negara menghadapi tekanan karena Covid-19 terutama dari sektor konsumsinya. Sebab, tidak ada lagi aktivitas seperti biasanya untuk menghindari penyebaran virus yang lebih meluas.
Namun, dengan kondisi ini pun Indonesia masih memiliki daya tahan lebih baik dari negara lainnya. Oleh karenanya, ia menekankan bahwa pemerintah tidak akan gampang menyerah dan akan melakukan segala upaya untuk mendorong perekonomian ke zona negatif sisa waktu di kuartal III ini.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah memberikan berbagai bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat terutama miskin untuk meningkatkan konsumsi. Sebab, konsumsi akan menjadi andalan utama untuk membawa perekonomian ke zona netral atau tumbuh 0%.
"Kita lihat Indonesia masih cukup resilient dibandingkan negara lain yang pasti kontraksinya double digit. Artinya dalam hal ini respon pemerintah untuk mendorong terutama di kelompok yang bawah yaitu kelompok atau kita sebutnya 40% terbawah, kita sudah tambahkan banyak sekali bantuan," jelasnya.
"Sehingga penurunan konsumsi diharapkan pada level itu tidak menurun sangat tajam karena memang mereka dalam situasi yang sangat rapuh," tambahnya.
Kemudian dari sisi investasi, saat ini pemerintah tidak lagi hanya melihat dari sisi belanja pemerintah saja tetapi juga swasta. Di mana kegiatan investasi swasta yang sebelumnya terhenti karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB) bisa kembali dilakukan secara bertahap.
"Ini artinya kita keroyokan gitu. Nah kita dengan langkah-langkah itu berharap tadi daya tahan ekonomi Indonesia itu cukup tetap terjaga walaupun tekanan sekarang ini masih berlangsung terus karena covid kan belum hilang," tegasnya.
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Anggaran Pemulihan Ekonomi Sudah Disebar Rp 579 T