
Resesi Korsel Kian Dalam, Ekonomi Diramal -1,3%

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Korea Selatan (BOK) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonominya pada Kamis (27/8/2020), menjadi berkontraksi lebih dari 1% tahun ini. Pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi terbesar ke-12 dunia itu dilakukan karena negara itu menghadapi lonjakan infeksi virus corona (Covid-19).
"Ekonomi sekarang diperkirakan menyusut 1,3% pada 2020," kata Bank of Korea, mengutip AFP. Itu merupakan revisi turun kedua yang diumumkan bank dalam empat bulan ini.
Sebelumnya BOK telah menurunkan prospeknya pada Mei menjadi kontraksi 0,2%, dari perkiraan sebelumnya untuk pertumbuhan 2,1%.
"Pemulihan pertumbuhan ekonomi domestik kemungkinan akan lebih lambat dari perkiraan sebelumnya, sebagian besar karena kebangkitan kasus domestik Covid-19," kata bank itu dalam sebuah pernyataan.
"Ketidakpastian di sekitar jalur pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di masa depan juga dinilai sangat tinggi," tambahnya.
Proyeksi ini merupakan kinerja terburuk PDB sejak 1998, ketika ekonomi menyusut 5,1% pasca krisis keuangan Asia.
Proyeksi itu dikeluarkan di saat pemerintah Korea dihadapkan pada masalah lonjakan kasus baru Covid-19. Sebelumnya negeri K-Pop telah berhasil mengendalikan wabah mematikan tersebut dan mulai kembali hidup normal. Namun, kasus-kasus baru yang dikonfirmasi di sejumlah cluster dalam beberapa hari terakhir telah menimbulkan kekhawatiran baru atas pandemi dalam skala nasional.
Salah satu kluster penyebaran terjadi di antara gereja-gereja Protestan negara itu, di mana pada Kamis ada 441 infeksi baru dilaporkan. Itu merupakan angka kasus harian tertinggi baru dalam hampir enam bulan.
Di sisi lain, ekonomi Korea yang bergantung pada perdagangan juga telah terpukul oleh langkah-langkah pembatasan yang diberlakukan berbagai negara dunia.
Meski demikian, kelompok ekonomi negara maju OECD memperkirakan Korea Selatan akan mencatat kinerja ekonomi terbaik di antara 37 anggotanya pada tahun 2020.
Sebelumnya, Bank of Korea mengumumkan mempertahankan suku bunga utamanya pada rekor terendah 0,5%. Keputusan itu diambil karena ekonominya mengalami kejatuhan akibat pandemi asal Wuhan, China itu.
(res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Amunisi' Lawan Corona Terbatas, BOK Pilih Tahan Suku Bunga