Dari Shell Sampai BP, Parah Mana Ruginya Ketimbang Pertamina?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 August 2020 12:13
Pengendara mengisi BBM di Salah satu SPBU, Kuningan, Jakarta, Minggu (10/2). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi SPBU Pertamina (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Pandemi virus corona memang sangat berdampak di sektor migas. Tidak cuma Pertamina, hampir seluruh perusahaan migas dunia mengalami kerugian.

Bahkan kalau melihat pencapaian perusahaan-perusahaan lain, kerugian Pertamina relatif minim. Dibandingkan para raksasa migas dunia seperti ConocoPhillips, ExxonMobil, Chevron, Total, Shell, BP, sampai Petrobras, kerugian Pertamina adalah yang paling sedikit.

Di antara perusahaan-perusahaan tersebut, BP menjadi yang paling nelangsa. Pada semester I-2020, perusahaan migas asal Inggris itu melaporkan kerugian US$ 21,21 miliar.

"Angka ini menggambarkan sebuah periode yang sangat menantang. Asumsi harga (minyak) dan write-off sejumlah proyek eksplorasi menyebabkan dampak yang besar. Namun secara garis besar kami tetap kuat dengan arus kas yang lancar dan operasional yang reliabel," kata Bernard Looney, CEO BP, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Pada paruh kedua 2020, ada harapan industri migas dunia bisa bangkit. Pelonggaran pembatasan sosial (social distancing) membuat aktivitas masyarakat dan roda ekonomi mulai bergulir kembali.

Harga minyak dunia pun merangkak naik. Rata-rata harga minyak jenis brent pada April adalah US$ 23,34 barel/hari, dan pada Juli sudah naik menjadi US$ 42,81/barel.

Permintaan pun diperkirakan membaik. International Energy Agency dalam proyeksi edisi Juli 2020 meramal permintaan minyak tahun ini adalah 92,1 juta barel/hari. Naik 400.000 barel/hari dibandingkan proyeksi bulan sebelumnya.

Permintaan akan produk turunan minyak juga diperkirakan membaik. Setelah menyentuh titik terendah pada April, permintaan diperkirakan membaik meski masih di bawah tahun lalu.

eiaReuters

"Pertamina optimistis sampai akhir tahun akan ada pergerakan positif sehingga diproyeksikan laba juga akan positif, mengingat perlahan harga minyak dunia sudah mulai naik dan juga konsumsi BBM baik industri maupun ritel juga semakin meningkat. Peningkatan konsumsi BBM yang signifikan menunjukkan ekonomi nasional yang terus tumbuh di berbagai sektor, karena itu Pertamina optimis kinerja akhir 2020 tetap akan positif," papar Fajriyah Usman, VP Corporate Communication Pertamina.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pelni Akan Tambah 2 Kapal Penumpang & 5 Kapal Tongkang Baru



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular