"Jangan menyerah dulu, kita upayakan konsumsi meningkat."
Hal itu diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani saat ditemui di Gedung DPR, Rabu (26/8/2020) kemarin. Ia menjawab pertanyaan CNBC Indonesia tentang proyeksinya sendiri yang memperkirakan PDB Indonesia bisa tumbuh negatif hingga 2%.
Menurut Sri Mulyani, kegiatan memang mulai berjalan dan kembali normal walau belum sepenuhnya. Kegiatan ekonomi pun diharapkan akan terdongkrak.
Ia juga mengatakan sampai saat ini kontraksi ekonomi Indonesia masih cukup terkendali. Di mana ketika negara lain minus sampai double digit, maka Indonesia masih single digit minusnya.
"Jadi diharapkan kita naik bisa meningkat lagi, dibandingkan double digit [negara lain],"tuturnya.
"Kalau kita lihat di kuartal III downside risknya ternyata tetap menunjukkan suatu risiko nyata."Sri Mulyani Indrawati |
Sebelumnya, Sri Mulyani memang mengatakan adanya risiko nyata pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2020 negatif. Bahkan, menurut proyeksi Sri Mulyani pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 bisa negatif sampai 2%.
"Kalau kita lihat di kuartal III downside risknya ternyata tetap menunjukkan suatu risiko nyata."
"Untuk kuartal III outlooknya antara 0 dan negatif 2%," kata Sri Mulyani dalam konferensi persnya, Selasa (25/8/2020).
Sementara, Sri Mulyani memproyeksikan untuk keseluruhan tahun bisa di negatif 1,1% sampai positif 0,2% untuk 2020.
"Kunci utamanya adalah konsumsi dan investasi. Kalau konsumsi masih negatif meski pemerintah sudah all out maka akan sulit masuk netral di tahun ini."
Halaman Selanjutnya > RESESI SEBUAH KENISCAYAAN
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 akan berada di zona negatif.
Ekonom INDEF Didik J. Rachbini menjelaskan soal keyakinannya itu, kalau Indonesia sudah pasti akan resesi. Menurut Didik, hal tersebut bisa dilihat dari realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020, yang jauh dari ekspetasi yang diperkirakan.
"INDEF tidak menduga sampai di minus 5,32%, ini di luar dugaan. Saya yakin kuartal III masuk resesi dan IV masuk lebih jauh lagi apabila penanganan seperti ini," jelas Didik.
Peran pemerintah dinilai tidak membantu, karena dari 17 lapangan usaha yang mendorong perekonomian, hampir semuanya merosot dan tumbuh minus. Bahkan sektor yang paling naik seperti informasi dan telekomunikasi tidak sebesar yang diharapkan.
Ditambah, dengan lambatnya penyaluran bantuan yang sudah disusun dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), yang menurut Didik tidak akan memberikan hasil yang maksimal terhadap perekonomian.
"Ternyata fungsi pemerintah menahan pertumbuhan minus ini tidak berjalan, justru pemerintah menjadi sumber kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi negatif," jelasnya.
Ekonom INDEF Tauhid Ahmad memiliki pandangan serupa. Menurutnya, perekonomian Indonesia di kuartal III akan kembali minus jika pemerintah tidak kerja cepat, terutama dalam penyaluran bantuan kepada masyarakat miskin.
"Kalau kuartal III minus maka akan resesi dan jika berlanjut kuartal IV minus maka perekonomian akan depresi," tegasnya.
Sebanyak 22 negara di dunia telah masuk ke jurang resesi akibat ekonominya terdampak wabah virus corona (COVID-19).
Hal itu dikarenakan wabah yang berasal dari Wuhan, China itu telah memaksa banyak negara untuk menerapkan pembatasan (lockdown) sebagian atau seluruh wilayahnya demi mencegah penyebaran infeksi. Sayangnya, langkah ini justru mengakibatkan ekonomi lumpuh.
Beberapa negara yang telah dilaporkan masuk ke jurang resesi hingga kini yaitu Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, Inggris, Polandia, dan Jerman. Selain itu juga ada Prancis, Spanyol, Austria, Belgia, Finlandia, Latvia, Lithuania, Belanda, Amerika Serikat, Meksiko, Skotlandia, dan Italia.
Sebelumnya, Indonesia pada kuartal kedua 2020 telah mengalami resesi teknikal di mana Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product/ GDP) terkontraksi sebesar 5,32% dalam basis tahunan (Year on Year/YoY), meski pada kuartal pertama masih tumbuh positif 2,97%.
Resesi sendiri terjadi bila GDP atau PDB suatu negara terkontraksi atau minus secara basis tahunan selama dua kuartal berturut-turut.