Warning! Eropa Tak Boleh Lockdown, atau Hancur Karena Resesi

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
21 August 2020 14:15
MEP's sing and hold hands after a vote on the UK's withdrawal from the EU, the final legislative step in the Brexit proceedings, during the plenary session at the European Parliament in Brussels, Wednesday, Jan. 29, 2020. The U.K. is due to leave the EU on Friday, Jan. 31, 2020, the first nation in the bloc to do so. (Yves Herman, Pool Photo via AP)
Foto: MEP bernyanyi dan berpegangan tangan setelah pemungutan suara pada penarikan Inggris dari Uni Eropa, langkah legislatif terakhir dalam proses Brexit, selama sesi pleno di Parlemen Eropa di Brussels, Rabu, 29 Januari, 2020. (Yves Herman, Pool Photo via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan Eropa agar mereka tidak kembali melakukan penguncian (lockdown) untuk menekan penyebaran wabah covid-19. Jika itu dilakukan, berpotensi menciptakan kejatuhan ekonomi yang lebih parah dan Bank Dunia memproyeksikan sebanyak 100 juta orang akan jatuh ke dalam jurang kemiskinan ekstrem.

"Dengan langkah-langkah dasar nasional dan tambahan yang ditargetkan, kita berada dalam posisi yang jauh lebih baik untuk membasmi penyebaran virus lokal ini," kata kepala cabang WHO di Eropa, Hans Kluge, kepada wartawan.

"Kita bisa mengelola virus dan menjaga perekonomian tetap berjalan dan sistem pendidikan tetap beroperasi," tambahnya, mengutip AFP, Jumat (21/8/2020).

Peringatan itu dikeluarkan saat Prancis, Italia, Spanyol dan Jerman terus melaporkan lonjakan kasus Covid-19 baru yang signifikan. Kasus-kasus baru itu mulai kembali meningkat karena beberapa negara Eropa telah mulai membolehkan aktivitas umum seperti melakukan perjalanan antar kota/negara, liburan musim panas, hingga menggelar pesta.

Pada Kamis saja, Italia mencatat 845 kasus baru Covid-19, angka harian tertinggi sejak Mei. Di sisi lain, Prancis melaporkan 4.700 infeksi baru, naik pesat dari kasus yang terdata di hari sebelumnya. Kenaikan harian Spanyol bahkan melebihi Prancis, dan Jerman juga mulai melaporkan kenaikan kasus harian yang signifikan.

Secara global, kasus wabah yang belum ada vaksin atau obatnya ini juga terus tumbuh. Menurut Worldometers, sudah ada 22,8 juta orang lebih yang terinfeksi corona per hari ini di seluruh dunia, dengan hampir 800 ribu kematian dan 15,5 juta lebih sembuh.

Bukan hanya masalah kesehatan, wabah ini juga telah membuat ekonomi banyak negara, utamanya yang telah menerapkan lockdown, terdampak parah. Di mana banyak negara baru-baru ini melaporkan perlambatan ekonomi yang tajam hingga terjerat resesi.

Bank Dunia sendiri telah secara langsung memperingatkan bahwa dampak Covid-19 pada ekonomi bisa lebih parah apabila wabah belum juga bisa ditangani dan terus ada untuk waktu yang lebih lama. Dampak itu termasuk mendorong sebanyak 100 juta orang kembali ke dalam kemiskinan ekstrem.

"Angka itu bisa lebih tinggi jika pandemi memburuk atau berlarut-larut, yang mungkin terjadi." kata Presiden Bank Dunia David Malpass dalam sebuah wawancara dengan AFP, Kamis.

Lembaga keuangan yang berbasis di Washington itu sebelumnya memperkirakan hanya ada sekitar 60 juta orang yang akan jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem akibat pandemi.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siap-siap 'Masa Kegelapan Eropa', Inggris Lockdown 1 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular