Lockdown Ramai Lagi, Dunia Kian Sulit Bangkit dari Resesi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 August 2020 14:00
A woman walks home with groceries next to barbed wire in the coronavirus locked down area of Selayang Baru, in Kuala Lumpur, Malaysia, on Sunday, May 3, 2020. The Malaysian Prime Minister Muhyiddin Yassin says the economy needs to be revived as billions have been lost during the partial lockdown that began in March. (AP Photo/Vincent Thian)
Foto: Resesi Malaysia. AP/Vincent Thian

Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) belum mereda. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat kelesuan aktivitas ekonomi masih terjadi.

Contoh teranyar ada di Amerika Serikat (AS). Pada pekan yang berakhir 15 Agustus, jumlah klaim tunjangan pengangguran tercatat 1,106 juta. Naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu 971.000.

Selama Februari-April, sekitar 22 juta lapangan kerja hilang di perekonomian Negeri Paman Sam. Selepas April, penciptaan lapangan kerja kembali terjadi tetapi belum bisa menutup penurunan yang terjadi sebelumnya karena hanya 9,3 juta.

"Data ini cukup mengecewakan. Beberapa pekan ke depan akan krusial, karena bakal terlihat sejauh mana dampak dari penutupan kembali (reclosing) terhadap perekonomian," sebut Jeffries dalam catatan kepada para kliennya, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Ya, penyebaran virus corona yang menggila di Negeri Adikuasa membuat pemerintah di sejumlah negara bagian memutuskan untuk kembali mengetatkan pembatasan sosial. Doug Ducey, Gubernur Arizona, kembali menutup bar, bioskop, pusat kebugaran, dan kolam renang.

Sementara Gubernur California Gavin Newsom memutuskan agar restoran, bar, bioskop, dan pusat hiburan keluarga kembali ditutup. Di New Jersey, Gubernur Phil Murphy menunda pembukaan restoran hingga waktu yang belum ditentukan.

Situasi yang gloomy tidak hanya terjadi di AS. Di Australia, sepertinya laju pemulihan ekonomi agak terhambat.

Ini terlihat dari aktivitas manufaktur yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur. Pembacaan awal PMI manufaktur Agustus menunjukkan angka 53,9. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 54.

"Penurunan aktivitas bisnis tidak mengejutkan, karena karantina wilayah (lockdown) di Negara Bagian Victoria. Penciptaan lapangan kerja menurun karena penutupan aktivitas ekonomi di Vicoria," sebut Gareth Aid, Head of Australian Economics di CBA, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Oleh karena itu, kebangkitan ekonomi dunia akibat pandemi virus corona masih penuh dengan tanda tanya. Sepanjang virus mematikan itu masih bergentayangan, maka sulit berharap aktivitas publik bisa kembali seperti dulu. Akibatnya, ekonomi masih terus dibayangi oleh risiko resesi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Resesi, Ekonomi RI Q1 Diramal Tumbuh -1% Hingga -0,1%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular