
Kasihan Negeri Maduro, AS Bakal Tambah Sanksi ke Venezuela

Jakarta, CNBC Indonesia - Administrasi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sedang mempertimbangkan sanksi tambahan terhadap Venezuela. Ini terkait transaksi bahan bakar yang dilakukan negara Presiden Nicolas Maduro itu.
Laporan Bloomberg menuliskan AS kemungkinan menargetkan transaksi minyak mentah Venezuela dengan perusahaan-perusahaan di Eropa dan Asia. Namun, ujar sumber, pembahasan masih terus dilakukan.
Karena sanksi AS, Venezuela menjalin kerja sama pembelian bahan bakar dengan Iran. Negara itu juga disanksi AS.
Akibat sanksi AS, ekspor minyak Venezuela sudah turun ke level terendah sejak 1950. Venezuela setidaknya membutuhkan kenaikan signifikan harga minyak hingga US$ 300 untuk menyeimbangkan defisit anggarannya.
Pada Jumat (14/8/2020) lalu, ditulis Reuters, AS menyita empat kapal pengiriman bahan bakar Iran yang menuju ke Venezuela. Ini dilakukan AS dengan dalih kedua negara menentang sanksi negeri Paman Sam.
Sebelumnya, bak jatuh tertimpa tangga, selain kehilangan akses bahan bakar, Venezuela juga kehilangan akses ke 30 ton emas Venezuela senilai US$ 1,13 miliar atau setara Rp 16,6 triliun (asumsi Rp 14.725/US$) yang disita Inggris.
Pada Juli lalu, Pengadilan Tinggi London menolak memberi pemerintah Venezuela akses 30 ton emas yang ditahan oleh Bank of England. Keputusan ini diambil setelah penantang Presiden Nicolas Maduro, Juan Guaido, mengajukan klaim saingan.
Pengadilan mengatakan Inggris "dengan tegas mengakui" pemimpin oposisi, yakni Juan Guaido, sebagai presiden Venezuela. Akibatnya, Inggris menolak memberikan akses atau mentransfer emas tersebut ke bank lain di bawah pemerintahan Maduro .
Pada Mei, Bank Central Venezuela (BCV) mengajukan klaim hukum di pengadilan komersial di London guna memaksa Bank of England untuk mentransfer cadangan emas Venezuela. Tujuannya untuk mendanai penanganan pandemi di negara tersebut.
Dorongan Venezuela untuk melepaskan aset emas di Inggris dimulai setelah AS dan negara-negara barat lainnya menolak untuk mengakui hasil pemilihan presiden 2018 di Venezuela, di mana Maduro mendapatkan kemenangan untuk masa jabatan berikutnya di tengah krisis ekonomi di negara tersebut.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siap-siap Timteng Bergoyang, AS Jatuhkan Sanksi Baru ke Iran
