
Kisah Pedagang Pasar & Warteg Ramai-Ramai 'Melek' Digital

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mulai melirik platform digital. Fenomena ini terungkap dalam bincang santai virtual yang juga dihadiri Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, serta penggagas program Pahlawan Digital UMKM Putri Tanjung.
Dalam bincang tersebut, Managing Director Grab Indonesia, Neneng Goenadi, menceritakan peran penting platform digital bagi UMKM. Grab membaca situasi pandemi Covid-19 sebagai peluang untuk menarik UMKM go online.
"Nah kami sejak dalam masa pandemi ini sudah meluncurkan program terus usaha di 12 kota, dengan 20 ide digitalisasi atau 20 program digitalisasi. Terus kemudian kami bekerja sama dengan 15 Kota dan provinsi untuk membantu UMKM," ujarnya, Sabtu (15/8/20).
Dia menjelaskan bahwa dalam tiap program yang diberikan, punya keunikan masing-masing. Menurutnya, tidak ada satu program berlaku untuk semua..
"Jadi sesuai dengan kultur kotanya itu sendiri. Nah program kami yang paling cakep yang kami luncurkan adalah Grab accelerator. Itu adalah program yang kita kerjasama dengan sahabat UMKM sama Google, itu pendampingan UMKM selama dua setengah bulan," tandasnya.
Grab juga memberikan iklan gratis kepada UMKM yang baru bergabung. Dengan demikian, UMKM tersebut bisa muncul di halaman utama aplikasi sehingga mudah terlihat oleh pengguna.
"Juga pada masa pandemi ini nih dari Maret sampai awal Juli itu sudah lebih dari 150.000 yang mendaftar baru menjadi merchant di tempatnya Grab dan yang paling membanggakan adalah lebih dari 32.000 pedagang pasar di seluruh Indonesia di 5 kota itu jadi digital," tuturnya.
Dia mengaku bangga karena sebelumnya menggaet pedagang pasar memang cukup sulit. Namun, karena adanya pandemi Covid-19, penjualan di pasar dibatasi sehingga ini menjadi peluang baru.
"Tadinya kan gak ada yang datang ke pasar, bingung kan jadinya. Itu kia tahu bahwa itu susah kalau ekonominya nggak jalan," bebernya.
Platform digital lain juga banyak bermunculan untuk membantu UMKM, startup Titipku salah satunya. CEO Titipku, Henri Suhardja, menjelaskan bahwa Titipku adalah platform digitalisasi UMKM.
"Kami adalah aplikasi, di mana pengguna kami anak anak muda Indonesia, itu mereka bisa bantu UMKM go digital dengan cara mereka posting UMKM nya dibuatkan toko onlinenya di Titipku," jelasnya.
Dia membantu UMKM terutama yang kelasnya mikro dan kecil. Di antaranya pedagang konvensional, pedagang di pasar, PKL, industri rumah tangga, dan industri di pedesaan.
Titipku membantu lebih banyak mengenai marketing dan distribusi UMKM secara digital. Selain itu, ada bantuan lain yang diberikan kepada UMKM.
"Kita bantu tidak hanya dalam digitalisasi masuk market place tapi juga tergantung kebutuhan mereka. Kalau mereka butuh modal kita bisa regrensikan ke industri perbankan, koperasi atau BPR. Kalau mereka butuh packaging, butuh branding, nah kita bantu untuk desainkan itu gratis," urainya.
Dalam kesempatan yang sama, CEO Wahyoo, Peter Shearer, menjelaskan bahwa dirinya lebih fokus ke UMKM sektor warung makan atau yang biasa dikenal dengan warung tegal (Warteg). Ide pembentukan Wahyoo berawal dari kehidupan sehari-hari yang dirasakan dari orang-tuanya.
"Karena ibu saya itu punya usaha katering. Jadi saya ngerti banget pengusaha katering itu susahnya seperti apa. Ibu saya harus bangun jam 2, jam 3, dengan karyawan hanya 1, kemudian harus belanja sendiri ke pasar, kemudian menyiapkan berbagai sayuran, harus mengantar dan sebagainya," bebernya.
Apa yang dialami ibunya juga dialami banyak pemilik warung makan tradisional. Dari situlah muncul gagasan membentuk Wahyoo.
"Kita bantu banyak hal, kita seperti operating system pemilik warung makan. Jadi kita ingin agar mereka fokus untuk masak dan melayani pelanggan. Sisanya biar kita yang bantu agar mereka punya kualitas hidup yang lebih baik dengan keluarganya, agar mereka juga bisa menabung, bisa memanfaatkan waktu lebih baik. Banyak sekali dari mereka waktunya tersedot karena bisnis mereka yang tidak ada sistemnya," katanya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Forum Kapasitas Nasional, Kejar Target 1 Juta Bph Migas 2030