
Akur dengan Israel, UEA Jadi Musuh Bersama Timur Tengah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan antara Uni Emirat Arab dengan Israel yang akhirnya membentuk kesepakatan menuai kontroversi. Selama ini, Israel dianggap sebagai 'musuh bersama' di Timur Tengah, namun kesepakatan tersebut membuat UEA dan Israel akur, setelah Mesir dan Yordania yang lebih dulu akur.
Langkah UEA pun akhirnya menuai kecaman. Beberapa jamaah di masjid Al Aqsa di Yerusalem, membawa foto Putra Mahkota UEA Sheikh Mohammed bin Zayed dengan kata "pengkhianat" di bawah gambarnya.
"Bahwa Syekh Mohammed bin Zayed dan anjing-anjing kotornya menjaga diri mereka sendiri dan kepentingan mereka dan kita semua bisa masuk neraka." Kata seorang anggota minoritas Arab Israel, Mohammad al-Sharif (45) dikutip dari Reuters.
Menteri luar negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan kesepakatan itu bertujuan untuk memberi Trump kemenangan menjelang pemilihan umum AS pada November.
"Hal yang memalukan yang dilakukan Abu Dhabi ... Mereka tidak melihat rezim Zionis sebagai musuh, tetapi sekutu dan apa yang terjadi sekarang adalah membantu Trump dalam pemilu," kata Mohammad Javad Zarif dari Iran kepada Al Mayadeen TV.
Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah, dalam pidatonya yang disiarkan televisi, menggambarkan langkah UEA sebagai dukungan pemilihan untuk Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan mengatakan lebih banyak negara Arab akan mengikuti untuk memuaskan Washington.
"Ini bagus, meskipun menyakitkan, bahwa topeng itu telah jatuh," katanya, menggambarkan kesepakatan itu sebagai pengkhianatan terhadap Islam dan Arab.
Langkah tegas juga bakal dilakukan oleh Turki, saingan regional yang kuat dari UEA. Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan sejarah tidak akan memaafkan negara Teluk itu, karena membuat kesepakatan yang melemahkan rencana perdamaian Arab 2002. Pada rencana perdamaian itu, telah mengusulkan perdamaian dengan penarikan Israel dari semua wilayah yang diduduki.
"Kami juga dapat mengambil langkah ke arah penangguhan hubungan diplomatik dengan kepemimpinan Abu Dhabi atau menarik kembali duta besar kami," kata Presiden Tayyip Erdogan setelah salat Jumat (14/8). Ia menambahkan bahwa langkah tegas bisa berlangsung dengan menutup kedutaan Turki.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penerbangan Komersial Perdana Israel ke Uni Emirat Arab