
Vaksin Corona Cuma Aman buat Usia 18-59 Tahun, Beneran nih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan vaksin corona hanya akan aman bila dikonsumsi bagi mereka yang berusia 18-59 tahun.
Pernyataan ini cukup mengejutkan bagi masyarakat mengingat saat ini menanti adanya vaksin agar segera terbebas dari virus Covid-19 yang sudah menjadi pandemi global.
Uji klinis tahap 3 vaksin Covid-19 masih berlangsung di Indonesia, dengan mulai penyuntikan pertama vaksin di pekan ini. Manajemen PT Bio Farma (Persero) pun berharap proses uji klinis ini bisa rampung dalam waktu enam bulan ke depan sehingga produksi dan distribusi vaksin bisa segera dilakukan.
Dalam tahap ini, uji klinis melibatkan lebih 1.620 relawan dan memang rentang usia untuk melakukan uji klinis ini adalah 18-59 tahun.
Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Kusnandi Rusmil mengatakan dipilihnya rentang usia ini karena kelompok ini memiliki comorbid (komorbid) yang rendah. Komorbid adalah adanya penyakit penyerta.
"Uji klinis dilakukan pada umur 18-59 tahun merupakan kelompok yang produktif, comorbid-nya rendah," kata Kusnandi kepada CNBC Indonesia, Jumat (14/8/2020).
Namun demikian, untuk memutuskan apakah vaksin tersebut bisa dikonsumsi oleh masyarakat yang berusia di bawah 18 tahun atau di atas 59 tahun nantinya akan menjadi keputusan pemerintah.
Dia menekankan, sejauh ini dalam pengembangan di China vaksin ini dinyatakan aman untuk digunakan oleh siapapun.
Kemarin, Kamis (13/8/2020) Menteri Luhut mengatakan pemerintah juga sedang mengembangkan plasma untuk pencegahan Covid-19. Teknologi plasma ini ditujukan bagi mereka yang usianya tak aman diimunisasi vaksin covid-19.
"Di samping vaksin, ada juga teknologi plasma, ini saya lihat RSPAD [Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat] bekerjasama dengan Amerika untuk hasilkan. Plasma berlaku untuk kepala 6 [usia 60 tahun ke atas], dan berlaku juga 18 tahun ke bawah. Sedangkan vaksin untuk yang sekarang berusia 18-59 tahun," terangnya.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Epidemiolog UI: Uji Klinis Harus Buktikan Efektivitas Vaksin
