
Bukan Cuma AS, Pakar RI Pertanyakan Vaksin Covid-19 Rusia

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia menjadi negara pertama yang mendaftarkan vaksin Covid-19, secara sah di negaranya. Meski baru memasuki uji tahap III kemarin, vaksin dengan nama Sputnik V ini, disebut Presiden Rusia Vladimir Putin aman dan efektif.
Hal ini menjadi pertanyaan besar, bagaimana vaksin tersebut sudah memasuki uji tahap III, di mana sebelumnya tak ada data mengenai vaksin tersebut.
"Rusia itu unusual, transparansi. Tak ada juga data dari mereka Rusia. Kalau misal gunakan vaksin Rusia ke indonesia, ini konspirasi karena mereka tak terbuka," ujar Konsultan Independen Genetika Molekuler dengan Postdoctoral dari Harvard Medical School, Dr Ahmad Rusdan Handoyo Utomo saat webinar "Covid-19 dan Prospek Vaksin untuk Indonesia" di Jakarta, Jumat (14/8/2020).
Selanjutnya, Manajer Senior Integrasi Riset dan Pengembangan PT Bio Farma, Dr. Neni Nurainy juga mengatakan tak mungkin fase 3 langsung bisa dilakukan, sebelum melewati fase 1.
"Tidak mungkin fase 1 langsung ke 3. Vaksin Rusia masih jadi sorotan. ini kebijakan negara sendiri. Tidak mengikuti kaidah registrasi umum vaksin," katanya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Manajer Peneliti Biomolekuler Australian National University dan Direktur Utama Lipotek Australia, Dr Ines Atmosukarto yang mengatakan sebagai peneliti, vaksin harus melewati berbagai macam kaidah penelitian.
"Terutama dalam menjaga keselamatan orang-orang. Apalagi karena vaksin itu diberikan untuk orang yang sehat. Vaksin kan untuk mencegah, sangat berbahaya apabila kita dalam trace mencari vaksin tiba-tiba membolehkan adanya motong jalan drastis. Karena kita tahu, kenapa ada uji klinis, ada 3 tahap untuk melindungi masyarakat," katanya.
Sebelumnya, vaksin buatan Rusia ini kabarnya bakal siap didistribusikan ke masyarakat pada November 2020. Kepala Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) Kirill Dmitriev mengatakan bakal memproduksi 500 juta dosis vaksin virus corona.
"Rusia, bersama dengan mitra asing, sudah siap untuk memproduksi lebih dari 500 juta dosis vaksin per tahun di lima negara dan rencananya adalah untuk meningkatkan kapasitas produksi lebih tinggi lagi," katanya.
Meskipun diragukan khasiatnya, Rusia mengklaim sudah mengembangkan vaksin Covid-19 selama enam tahun terakhir. Kirill mengaku negara itu beberapa tahun terakhir memang fokus mengembangkan vaksin untuk Ebola dan Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS).
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harapan Muncul Lagi, Rusia Uji Prototipe Vaksin Corona