
Ada Tsunami PHK & Diramal Bangkrut, Maskapai Buka Suara

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 membuat maskapai penerbangan di dunia dihantui kebangkrutan. Satu per satu maskapai internasional kelas kakap bertumbangan, bahkan 'tsunami' pemutusan hubungan kerja (PHK) tak terhindarkan, tak kecuali di Indonesia.
Bagaimana tanggapan maskapai soal ramalan kebangkrutan?
Direktur Produksi PT Citilink Indonesia, Erlangga Sakti, mengaku bahwa tren terbang di Indonesia mulai meningkat, meski belum signifikan. Saat ini, dia menyebut bahwa Citilink sudah melakukan 57 penerbangan per hari.
"Suatu peningkatan yang cukup baik. Regular flight rata-rata hari ini 160. Destinasi ada 36," ujarnya dalam sebuah diskusi virtual yang dikutip CNBC Indonesia, Kamis (13/8/20).
Dengan kondisi tersebut, Citilink juga secara bertahap mulai membuka rute-rute baru, yang sebelumnya tak beroperasi. Hal ini menurutnya seiring dengan kembalinya kepercayaan masyarakat untuk kembali terbang dengan aman dan nyaman.
"Kita ada rute-rute baru tentunya menambah kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasa transportasi udara. Rute yang dibuka kembali yaitu Surabaya-Banyuwangi, Bandung -Halim Yogyakarta-Halim, dan sebagainya," urainya.
Dalam kesempatan yang sama, PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II mengungkap sejumlah skenario terkait penumpang di tahun 2020 ini.
Direktur Utama AP II, Muhammad Awaluddin, menjelaskan meskipun, saat ini industri sedang loyo akibat pandemi Covid-19, pihaknya masih punya rasa optimistis.
Keyakinan tersebut didapat setelah melihat pergerakan penumpang maupun pesawat pada Juli dan Agustus yang terus meningkat.
Berdasarkan data AP II, pada 1 - 5 Agustus 2020 jumlah penumpang pesawat di 19 bandara PT Angkasa Pura II tercatat 311.565 penumpang atau melesat 46 persen dibandingkan dengan 1 - 5 Juli 2020 yakni 212.961 penumpang.
"Kalau melihat optimistis kita setelah jalan dua bulan Juli dan Agustus saya optimistis masih di-track di best skenario. Saya diskusi juga dengan Pak Denon (Ketua INACA) punya prediksi yang sama, mudah-mudahan bisa mengelola 448 ribu pergerakan pesawat di 19 bandara dan hampir mendekati 40 juta penumpang," ujar Awaluddin, dikutip Kamis (13/8/2020).
Dia bilang, sudah merumuskan tiga skenario mengenai target penumpang pada tahun ini. Pertama, skenario terbaik yaitu AP II mampu melayani 39 juta penumpang dan 448 ribu pergerakan pesawat.
Selanjutnya yang kedua, AP II hanya melayani 34,6 juta penumpang dengan 409 ribu pergerakan pesawat. "Yang apes skenario ketiga, hanya 351 ribu pergerakan pesawat dengan 29 juta pergerakan penumpang," katanya.
Dikatakan, dari segmentasi penumpang dia juga mengaku angka tersebut cukup realistis dicapai. Awalnya, penumpang-penumpang menggunakan pesawat hanya untuk perjalan dinas dan bisnis. Tetapi kini, masyarakat mulai gunakan pesawat untuk berwisata.
"Pergeseran pariwisata belum besar meski ada pergerakan. Akhir Juli long weekend saya kira masih di angka 10- 15%. Sisanya keperluan bisnis usaha kerja. Artinya kita melihat itu lah kenapa faktor yang didorong safe travel campaign juga mendorong di titik destinasi," katanya.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi sempat mengungkap prediksi terhadap industri penerbangan di Indonesia ke depan. Dia bilang, pandemi Covid-19 menimbulkan ancaman kebangkrutan maskapai penerbangan. Sebelumnya maskapai penerbangan di Indonesia dan global diwarnai aksi gelombang PHK.
"Oleh karenanya pembatasan pergerakan penumpang baik internasional maupun domestik, ketakutan penumpang terhadap penyakit penularan yang mematikan tersebut. Transportasi mengalami situasi yang parah, dalam prediksi penurunan omzet 30%, bahkan sektor udara lebih dari 50%. Ini tentu membuat ancaman bangkrut," ujarnya dalam sebuah diskusi bersama Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Selasa (11/8/20).
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Diam-Diam 'Kiamat' Kursi Pesawat Ancam Maskapai Penerbangan!