Jika Lihat Ekspor & Investasi, Bukan Mustahil RI Kena Resesi

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
12 August 2020 16:33
Ilustrasi Resesi Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Resesi Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Mari tengok data perdagangan terlebih dahulu. Pada Juni 2020, BPS melaporkan ekspor Indonesia sebesar US$ 12,03 miliar tumbuh 15% dari bulan Mei dan 2,3% dari tahun lalu. 

Relaksasi lockdown di berbagai negara di dunia terutama mitra dagang utama Indonesia seperti China dan India membuat permintaan terhadap komoditas dari Indonesia terutama untuk jenis minyak nabati sawit membaik. Alhasil harga CPO pun ikut terdongkrak.

BPS mencatat ekspor komoditas pertanian di bulan Juni mungkat 34,36% (yoy). Selain minyak sawit, Indonesia juga mengekspor komoditas lain yaitu batu bara.

Berbeda dengan permintaan CPO yang membaik, permintaan terhadap batu bara masih belum bisa dibilang membaik terutama karena harga gas yang rendah, tekanan untuk beralih ke sumber energi primer yang lebih ramah lingkungan hingga ketidakpastian kebijakan impor China. 

Alhasil harga batu bara acuan terus tergerus. Kementerian ESDM mematok Harga Batu Bara Acuan (HBA) Agustus kembali melemah ke US$ 50,39/ton dan menjadi yang terendah dalam empat tahun terakhir. 

Pada Juni, ekspor komoditas pertambangan justru mencatatkan penurunan hingga 17% (yoy). Harga komoditas migas yang juga tertekan membuat ekspor migas juga mengalami kontraksi. Sementara itu ekspor untuk barang dari industri pengolahan mengalami kenaikan 7% (yoy)

Meski ada kenaikan aktivitas ekspor di bulan Juni, tetapi pada kuartal kedua tahun ini ekspor masih mencatatkan pertumbuhan negatif di angka -11,66% (yoy).

Beralih ke impor, pada bulan Juni, Indonesia masih mencatatkan penurunan impor. BPS mencatat impor di akhir kuartal kedua tahun ini terkontraksi 6,4% (yoy). Kontraksi impor dipicu oleh masih anjloknya impor bahan baku/penolong yang jadi penyumbang terbesar impor bulan Juni.

Impor nonmigas mengalami kontraksi, antara lain pada mesin-mesin/pesawat mekanik, mesin/peralatan listrik, plastik dan barang dari plastik, serta besi dan baja. Impor migas terkontraksi seiring dengan penurunan nilai dan volume impor migas. Impor jasa terkontraksi seiring dengan menurunnya jasa angkutan untuk ekspor impor barang.

Pada kuartal kedua impor RI masih turun 16,96% (yoy). Penurunan impor yang jauh lebih dalam daripada  ekspor membuat neraca dagang RI membaik yang berujung pada net ekspor yang membaik juga.

(twg/twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular