
Parah! Malaysia Jadi Jalur Tsunami Impor Tekstil China ke RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha industri pertekstilan mewanti-wanti barang tekstil impor dari China siap makin banyak yang menyerbu pasar Indonesia melalui cara non prosedural. Berdasarkan laporan 'intelijen' mereka, barang-barang tersebut sedang berlabuh di Malaysia sebelum masuk ke wilayah Indonesia.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta menyebut sejumlah cara ilegal dilakukan importir agar barang tersebut berhasil masuk ke pasar dalam negeri di tengah kebijakan Indonesia yang menerapkan safeguard tekstil impor. Caranya dengan melakukan pengalihan kode HS (harmonized system) dan pemalsuan COO (Certificate of origin).
Cara itu dilakukan karena barang tekstil China sudah terkena regulasi safeguard di Indonesia. Sehingga, dalam mengakalinya, importir mengubah kode HS dan COO dari China ke negara lain, misalnya India dan Malaysia, karena kedua negara tersebut tidak terkena safeguard.
Ia bilang karena lokasinya yang dekat dengan Indonesia, pelabuhan di Malaysia digunakan sebagai tempat transit. Pada proses transit ini diduga ada proses pemalsuan dokumen COO.
"Kalau barang singgah di India untuk mengubah HS makan cost, jadi barang kalau nggak dari Malaysia, ya di Singapura. Sekarang lebih banyak di Malaysia karena Sekarang ada Port Klang jadi menyimpan barang di pelabuhan Malaysia lebih murah. Dulu memang di Singapura. Dan sekarang barang-barang sudah di pelabuhan Malaysia siap masuk," kata Redma kepada CNBC Indonesia, Rabu (12/8).
Ia juga membocorkan info bahwa para importir saat ini sedang diarahkan untuk mengganti kode HS. Info tersebut didapatkannya dari laporan 'intelijen' pelaku industri. Namun, ia enggan menyebut siapa yang meminta perubahan kode tersebut, termasuk potensi oknum Bea Cukai yang terlibat.
"Di China nggak mungkin ganti HS, karena berkaitan dengan insurance. Kalau HS sekian ya sekian. Volume sekian, insurance nggak mau ganti kalau ada apa-apa jika kode HS diganti. Termasuk dari China nggak mungkin ganti volume jadi lebih kecil, karena perusahaan dapat tax rebate (pemotongan pajak ekspor)," sebut Redma.
Redma bilang praktik ini harusnya bisa dicegah, apalagi ketika melihat pasar tekstil dan produk tekstil dalam negeri sudah mulai terlihat akan bangkit. Namun, ketika momen itu datang, pengiriman tekstil impor dari China pun kian banyak menggerogoti pasar lokal.
"Sampai akhir bulan kemarin masih banyak yang masuk, Juni info masuk ke Jawa Barat hampir 100 kontainer cotton rayon, mayoritas polyester. Bulan kemarin Juli itu rayon kain masuk ke Jawa Tengah karena demand tinggi masuk 200 kontainer. Agustus awal denim masuk banyak. Lokal kan mulai gerak tapi disikat barang-barang impor," papar Redma.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sudah Tak Kuat, Pabrik Tekstil Banyak Pasang 'Bendera Putih'