Jauh dari Kata Normal, Penjualan Mobil Belum Bikin Happy

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
11 August 2020 13:47
Sales marketing menawarkan produk mobil di Tunas Daihatsu Tebet, Jakarta, Selasa (16/6). Pandemi corona membuat angka penjualan mobil di Indonesia mengalami penurunan drastis. Penjualan mobil bulan lalu anjlok hingga 95 persen bila periode yang sama tahun 2019.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang diperoleh detikOto dari PT Astra International Tbk, pada bulan kelima tahun 2020, industri otomotif hanya mampu mengirim 3.551 unit mobil baru. Angka ini merosot 95 % dibanding bulan Mei 2019, di mana saat itu mencapai 84.109 unit. Angka ini merupakan penjualan berupa wholesales atau distribusi dari pabrik ke dealer. Seperti diketahui, banyak pabrik otomotif di Indonesia yang berhenti produksi sementara di tengah pandemi COVID-19. Wajar jika distribusinya pada Mei 2020 anjlok drastis. Adapun mengatasi penurunan banyak pabrikan otomotif  menawarkan paket penjualan khusus demi mendongkrak penjualan. Rendi selaku supervisor di Tunas Daihatsu Tebet mengatakan
Foto: Penjualan Kendaraan (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren penjualan pada industri otomotif yakni mobil pada Juli 2020 kembali mengalami kenaikan melanjutkan kondisi penjualan Juni 2020. Namun, kenaikan tersebut belum mencapai titik normal dari penjualan mobil, baik secara ritel maupun wholesale.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Jongkie D Sugiarto menilai hal ini dikarenakan daya beli masyarakat yang belum kembali membaik sepenuhnya, terutama bila melihat dari angka penjualan ritel yang hanya tumbuh 20%. Sedangkan dari sisi wholesale atau penjualan dari pabrik ke dealer justru melonjak 100%.

"Untuk penjualan ritel atau dari diler ke konsumen itu ada kenaikan dari 29.900 unit atau 30 ribu di bulan Juli itu menjadi 36 ribu unit, kurang lebih naik 20%. Ini masih jauh dari keadaan normal," kata Jongkie kepada CNBC Indonesia, Senin (10/8).

Angka penjualan mobil dari pabrik atau agen pemegang merek (APM) kepada diler (wholesales) juga naik. Untuk menjaga ketersediaan stok, diler biasanya kerap melakukan stokĀ agar memudahkan konsumen ketika mengambil unit.

"Kenaikannya hampir double, di bulan Juni di angka 12,6 ribu unit kurang lebih itu sampai menjadi 25 ribu kurang lebih," papar Jongkie.

Meski kenaikan untuk wholesales cukup baik, namun Jongkie terlihat belum puas karena itu bukan penyerapan secara langsung di kalangan konsumen. Pasalnya, angka penjualan baik wholesales dan ritel pada waktu normal mencapai 80 ribu hingga 90 ribu unit per bulan.

Salah satu kendala yang paling berdampak pada penurunan penjualan mobil adalah leasing atau perusahaan pembiayaan. Kala awal mula pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, leasing mensyaratkan uang muka (DP) dengan nilai yang cukup tinggi.

"Uang muka 40-50%, dari yang biasanya 20-25%. Itu yang membuat penjualan menjadi tersendat," katanya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Parah! Penjualan Mobil Februari Jeblok Gegara Pajak 0%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular