
Resesi Singapura Makin Parah, RI Bisa Menyusul...?

Seiring dengan pelonggaran PSBB, aktivitas ekonomi yang semula mati suri bergairah lagi. Masyarakat sudah bisa beraktivitas di luar rumah, meski dibatasi protokol kesehatan. Ini sudah cukup untuk mendorong optimisme dan konsumsi rumah tangga.
Nah, konsumsi rumah tangga adalah motor utama pembentukan PDB di Nusantara. Konsumsi rumah tangga berkontribusi lebih dari 50% terhadap PDB. Jadi kalau konsumsi pulih, PDB secara keseluruhan pun niscaya membaik.
Ini adalah perbedaan krusial antara Indonesia dengan Singapura. Di Singapura, kontributor utama PDB adalah ekspor, dengan sumbangan lebih dari 100%.
Oleh karena itu, kebangkitan ekonomi Singapura akan sangat ditentukan oleh permintaan negara-negara lain. Sementara di Indonesia, pemulihan ekonomi tergantung kepada kekuatan domestik. Indonesia boleh dibilang lebih berdikari, berdiri di atas kaki sendiri.
Oleh karena itu, Indonesia masih punya harapan untuk tidak bernasib sama seperti Singapura. Kuncinya adalah permintaan domestik harus dijaga.
Untuk itu, seluruh rakyat Indonesia bertanggung jawab agar kasus corona tidak melonjak. Sebab kalau sampai kasus corona melonjak sampai tidak terkontrol, maka ada kemungkinan pemerintah akan kembali mengetatkan PSBB. Kalau itu sampai terjadi, hampir mustahil Indonesia menghindari resesi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]