
Dear Milenial, Simak 7 Pesan Menteri ESDM soal EBT Nasional

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mengajak kaum milenial untuk terlibat aktif dalam pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) nasional.
Terlebih lagi, besarnya potensi sektor EBT di negara ini yang mencapai 417,8 giga watt (GW) merupakan peluang besar bagi kaum milenial untuk turut berkontribusi mengembangkannya. Apalagi, dari total potensi tersebut, baru 2,5% atau setara 10,4 GW yang baru dikembangkan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan peran kaum milenial inilah yang penting terutama saat masa transisi energi dari fosil ke EBT. Untuk itu, dia juga meminta kaum milenial ini turut aktif menggunakan dan menerapkan EBT di kehidupan sehari-hari.
"Potensi EBT kami siapkan jadi sumber energi andalan ke depan. Peran kaum milenial juga penting untuk mengembangkan EBT," tuturnya dalam diskusi virtual, Senin (10/08/2020).
Arifin menuturkan ada tujuh hal penting keterlibatan kaum milenial dalam mengembangkan sektor EBT nasional.
Pertama, ikut terlibat secara langsung dan memberikan sumbangsih dalam pengembangan EBT serta mulai ikut menerapkan/menggunakan EBT.
Kedua, Melakukan sosialisasi atau kampanye pentingnya penggunaan EBT untuk mendukung ketahanan energi. Ketiga, menciptakan inovasi-inovasi di bidang energi terbarukan, yang langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Keempat, memanfaatkkan limbah menjadi berkah, melalui pembuatan biogas, pelet/briket biomasa.
Kelima, Memanfaatkan potensi tanaman setempat menjadi bahan bakar, seperti pembuatan bioethanol dari tanaman aren, sagu, dan lainnya.
Keenam, melakukan pendampingan bagi masyarakat dalam pengembangan EBT. Dan terakhir, mengembangkan start up atau internet untuk aplikasi penghematan energi dan lainnya.
Peluang bisnis sektor EBT ini juga didorong adanya target bauran energi baru terbarukan nasional menjadi 23% pada 2025, sedangkan hingga 2019 bauran energi baru terbarukan baru mencapai 9,15%.
Pada 2019 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 267 juta jiwa, diproyeksikan pada tahun 2050 jumlah penduduk akan bertambah menjadi 335 juta jiwa. Bahkan, di dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) disebutkan pada 2050 bauran EBT ditargetkan mencapai 31% dengan kapasitas pembangkit 443,1 GW.
Sebagai salah satu contoh pengembangan EBT yang agresif menurutnya yaitu India. Dia menyebutkan porsi EBT di India saat ini sudah mencapai 23% dengan kapasitas pembangkit 370 GW.
Sangat jauh jika dibandingkan dengan Indonesia. Saat ini ekspor batu bara Indonesia ke India cukup besar, sehingga bila India sudah beralih ke EBT, maka Indonesia juga harus memikirkan pemanfaatan sumber energi di dalam negeri.
"Pemikiran ke depan yaitu bagaimana kita manfaatkan sumber energi kita," ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Dia mengatakan dalam peta jalan (roadmap) bisnis Pertamina, Pertamina mendorong akselerasi millenial dalam pengembangan bisnis EBT.
"Pengembangan bisnis Pertamina ke transisi energi akan terjadi dalam 10 tahun ke depan. Pelakunya adalah millenial," jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan Indonesia memiliki potensi panas bumi yang besar. Sayangnya investasi di bidang panas bumi berbeda dengan jenis energi lain, karena harus ada eksplorasinya.
"Ini tantangan millenial, cari teknologi untuk menekan itu dan mendorong sukses rasio untuk merespon transisi ke kendaraan listrik (EV). Pertamina akan masuk ke bisnis pabrik EV kerjasama dengan tim Inalum dan PLN, bangun pabrik baterai Indonesia punya bahan baku yang banyak," tuturnya.
(tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Covid-19 Bisa Jadi Momentum Hijrah ke Energi Baru
