
Covid-19 Bisa Jadi Momentum Hijrah ke Energi Baru
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
19 May 2020 20:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi corona (Covid-19) bisa dimanfaatkan sebegai momentum untuk mengambil kebijakan energi yang lebih baik.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan dalam menerapkan energi baru terbarukan perlu adaya sosialisasi dan ilmu yang dishare.
"Covid-19 ini jadi momentum ambil kebijakan energi yang tidak biasa. Di Jawa Tengah ada geothermal , tapi mereka (warga) takut kayak Lapindo," ungkapnya dalam konferesi pers virtual, Selasa, (19/05/2020).
Tanpa adanaya sosialisasi dan pemahaman di masyarakat akan sulit dalam menerapkan energi terbarukan ini. Ia mencontohkan di daerah Pantai Utara (Pantura) di jalan tidak ada penerangan lalu dibantu dengan energi surya, sudah dicoba dan baterainya hilang.
"Hari ini saya kira para pakar yang megelola dari ESDM yang saya kira momentum yang baik mewakili masyarakat keputusan apa yang bisa saya ambil," tegasnya.
Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Adi Budiarso mengatakan butuh dana sekitar Rp 3.400 triliun untuk pendanaan perubahan iklim.
Perlu antisipasi pusat dan daerah dalam instrumen ini. Kegiatan dunia lainnya menunjukkan dukungan pemerintah dalam menurunkan emisi karbon. "Ini momentum kita untuk berbenah," ungkapnya.
Direktur Konservasi Energi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Haryanto mengatakan dengan tidak terpenuhinya fast track 2 PLN sehingga RUPTL jadi tidak akan tercapai di 2025.
Sesuai dengan amanah pertauran UU yaitu kebijakan energi nasional. "Memang bener bahwa persentase jadi tergerus ada project EBT tidak terealisasi perlu kami sampaikan bahwa yang mungkin kami pahami saat ini berapa program untuk pencapaian 2025 sebesar 23%," paparnya.
(gus) Next Article Realisasi Investasi EBT Baru Capai 29,4% di Semester I 2020
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan dalam menerapkan energi baru terbarukan perlu adaya sosialisasi dan ilmu yang dishare.
"Covid-19 ini jadi momentum ambil kebijakan energi yang tidak biasa. Di Jawa Tengah ada geothermal , tapi mereka (warga) takut kayak Lapindo," ungkapnya dalam konferesi pers virtual, Selasa, (19/05/2020).
"Hari ini saya kira para pakar yang megelola dari ESDM yang saya kira momentum yang baik mewakili masyarakat keputusan apa yang bisa saya ambil," tegasnya.
Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Adi Budiarso mengatakan butuh dana sekitar Rp 3.400 triliun untuk pendanaan perubahan iklim.
Perlu antisipasi pusat dan daerah dalam instrumen ini. Kegiatan dunia lainnya menunjukkan dukungan pemerintah dalam menurunkan emisi karbon. "Ini momentum kita untuk berbenah," ungkapnya.
Direktur Konservasi Energi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Haryanto mengatakan dengan tidak terpenuhinya fast track 2 PLN sehingga RUPTL jadi tidak akan tercapai di 2025.
Sesuai dengan amanah pertauran UU yaitu kebijakan energi nasional. "Memang bener bahwa persentase jadi tergerus ada project EBT tidak terealisasi perlu kami sampaikan bahwa yang mungkin kami pahami saat ini berapa program untuk pencapaian 2025 sebesar 23%," paparnya.
(gus) Next Article Realisasi Investasi EBT Baru Capai 29,4% di Semester I 2020
Most Popular