
Obrolan di Ruang Sidang DPR Hingga Warkop: Apakah RI Resesi?

Kabar baiknya, ekonomi Tanah Air semakin membaik selepas pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Memang masih jauh dari level sebelum pagebluk, tetapi tanda-tanda kebangkitan semakin ke sini semakin terasa.
Contoh, pekan lalu Bank Indonesia merilis survei konsumen yang hasilnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Juli 2020 berada di 86,2. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 83,8 tetapi masih di bawah 100.
Walau konsumen belum pede mengarungi bahtera ekonomi, tetapi pesimisme itu semakin menipis. Sejak menyentuh titik nadir pada Mei, IKK terpantau naik dua bulan beruntun meski belum bisa menyentuh angka 100.
"Survei Konsumen Bank Indonesia pada Juli 2020 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi membaik, meskipun masih berada pada zona pesimis (<100)," sebut laporan BI.
IKK terbagi menjadi dua sub-indeks yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK). Pada Juli, skor IKE adalah 50,7, naik dibandingkan bulan sebelumnya yakni 45,8. IKE memang belum di atas 100, tetapi semakin membaik.
IKE dibagi lagi menjadi tiga sub-indeks yaitu Indeks Penghasilan Saat Ini, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja, dan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama. Ketiganya mencatatkan perbaikan pada Juli.
"Menguatnya keyakinan konsumen pada Juli 2020 didorong oleh membaiknya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, yang terefleksi pada perbaikan seluruh komponen pembentuknya yaitu keyakinan terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan pembelian barang tahan lama. Hal tersebut seiring dengan kegiatan ekonomi yang kembali meningkat pasca pelonggaran PSBB di berbagai kota di Indonesia," sebut laporan BI.
Konsumen, lanjut laporan BI, lebih yakin melihat penghasilan saat ini ketimbang enam bulan sebelumnya. Pelonggaran PSBB berdampak kepada perbaikan penghasilan rutin (gaji/honor) maupun omzet usaha. Sejalan dengan meningkatnya keyakinan terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja, konsumen lebih bersedia untuk membeli barang-barang tahan lama.BI memantau terjadi kenaikan pembelian barang elektronik, furnitur, dan perabot rumah tangga.
Nah, yang menarik adalah IEK. Pada Juli, IEK tercatat 121,7. Sudah di atas 100, berarti konsumen sudah pede menatap masa depan.
Data ini menggambarkan bahwa rasanya masa-masa paling prihatin akibat pandemi virus corona sudah berlalu. Kuartal II-2020 menjadi titik nadir, selepas itu ekonomi mulai pulih seiring dengan pelonggaran PSBB.
Tidak hanya konsumen, dunia usaha juga sedikit demi sedikit mulai pede. Aktivitas manufaktur yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) pada Juli tercatat 46,9. Naik ketimbang sebulan sebelumnya yaitu 39,1.
PMI manufaktur Indonesia boleh membaik. Namun tentu harus melihat kinerja negara-negara tetangga. Apakah pemulihan Indonesia berada di jalur yang sama atau masih tertinggal?
Ternyata performa Indonesia sangat impresif. Kalau melihat angka PMI Juli, Indonesia memang berada di peringkat enam dari 10 negara. Ibarat klasemen liga sepakbola, Indonesia masuk bottom-half, paruh bawah.
Namun dari sisi perubahan, Indonesia menjadi yang terbaik. Dibandingkan Juni, PMI Indonesia melesat nyaris delapan poin. Ini membawa Indonesia menempati puncak klasemen.
Besok, BI akan mengumumkan hasil survei penjualan eceran. Pada Mei, penjualan eceran yang dicerminkan dengan Indeks Penjualan Riil (IPR) turun -20,6% YoY. Konsensus yang dihimpun Trading Economics memperkirakan IPR masih terkontraksi tetapi membaik di -14% YoY.
Kemudian penjualan kendaraan bermotor. Sejak awal tahun hingga Mei, penjualan mobil terus mengalami kontraksi dengan kadar yang semakin parah. Pada Mei, penjualan mobil ambles hingga -95,78% YoY, terparah sepanjang sejarah.
Namun pada Juni mulai ada sinyal pemulihan. Penjualan mobil memang masih turun -78,82% YoY, tetapi sudah membaik.
Demikian pula penjualan sepeda motor. Pada Juni, penjualan si kuda besi masih turun -56,38% YoY, tetapi membaik ketimbang bulan sebelumnya yang rontok -96,11% YoY.
(aji/aji)