Internasional

Sst.. Diam-diam Menlu AS Telepon Retno Marsudi, Ada Apa Ya?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
07 August 2020 13:03
U.S. Secretary of State Mike Pompeo shakes hands with Indonesian Foreign Minister Retno Marsudi during their meeting in Jakarta, Indonesia, August 4, 2018. Dita Alangkara/Pool via REUTERS
Foto: Dita Alangkara/Pool via REUTERS

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) dan RI sepertinya makin lengket. Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan dirinya telah melakukan panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Michael (Mike) Pompeo.

Panggilan telepon itu dilangsungkan pada 3 Agustus 2020 lalu.Dalam kesempatan itu, kedua menteri membahas berbagai hal, mulai dari isu kerja sama pengembangan vaksin virus corona (COVID-19), sampai soal investasi dan perdagangan, katanya.

"Saya mengangkat dua isu utama dalam percakapan ini. Kerja sama vaksin dan pengembangan industri kesehatan dan penguatan kerjasama investasi dan perdagangan kedua negara," paparnya dalam press briefing Jumat (7/8/2020).

"Selain itu, kami juga membahas perkembangan di Kawasan khususnya perkembangan di Afghanistan dan di Laut China Selatan."

"Terkait perkembangan di Laut China Selatan saya menekankan kembali bahwa Indonesia ingin terus menjaga agar Laut China Selatan sebagai laut yang stabil dan damai. Untuk itu Indonesia selalu menekankan pentingnya semua pihak untuk menghormati hukum internasional (hukum yang telah menjadi kesepakatan internasional) termasuk UNCLOS 1982."

Lebih lanjut Retno menegaskan bahwa konflik di wilayah yang penting bagi jalur perdagangan dunia itu tidak akan membawa untung bagi negara manapun.

"Secara khusus saya tegaskan bahwa konflik terbuka dimanapun termasuk di laut China Selatan tidak akan menguntungkan pihak manapun." jelasnya.

Pernyataan itu disampaikan Retno di saat situasi di Laut China Selatan sedang panas-panasnya akibat peningkatan aktivitas dari militer China dan Amerika Serikat di kawasan yang diperebutkan banyak negara itu.

Sebagaimana diketahui, dalam beberapa bulan terakhir militer AS dan China telah sama-sama meningkatkan kehadiran di kawasan. AS menyebut sikap negaranya meningkatkan patroli di kawasan adalah untuk memastikan keamanan dan kebebasan wilayah tersebut.

Langkah itu juga dilakukan AS sebagai bentuk penolakan pada klaim China yang mengakui sekitar 90% perairan itu sebagai miliknya. AS menyebut langkah China itu menyalahi hukum internasional.

Di sisi lain, China terus saja memperluas klaimnya atas wilayah tersebut. Negara itu bahkan terus melakukan pembangunan dan latihan militer besar-besar di Laut China Selatan. Langkah itu telah dianggap negara-negara kawasan sebagai hal yang bisa memicu ketidakamanan di laut tersebut.


(res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Bantu RI Lawan Corona: Beri Rp 46 M, Janji Kirim Ahli

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular