
Pemerintah Andalkan Pilkada Genjot Ekonomi Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 terkontraksi atau minus 5,32%. Pemerintah optimistis pada kuartal III-2020 ekonomi akan bergerak menuju positif karena adanya penyelenggaraan pemilihan umum kepala daerah (Pilkada).
Seperti diketahui, pelaksanaan Pilkada serentak di 8 daerah, rencananya akan dilaksanakan pada akhir Desember 2020 mendatang. Menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto hal itu berpeluang membawa ekonomi Indonesia ke arah positif di tahun 2020 saat ini.
Airlangga memperkirakan akan ada Rp 30 triliun uang yang beredar saat penyelenggaraan Pilkada tersebut, baik itu dana yang disiapkan pemerintah, maupun dana yang berasal dari para calon kepala daerah yang berkompetisi.
"Mungkin dana dikeluarkan para calon bupati, wali kota, gubernur itu bisa minimal Rp 10 triliun sendiri, sehingga saat pilkada kemungkinan Rp 34-35 triliun," ujar Airlangga dalam konferensi pers, Rabu (5/8/2020).
Airlangga meyakini uang yang beredar di momen Pilkada itu akan meningkatkan sektor konsumsi, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh.
Para calon kata Airlangga, tentu akan lebih fokus mengampanyekan hal-hal yang berkaitan dengan penanganan pandemi COVID-19. Semisal penyediaan masker hingga hand sanitizer.
"Dana beredar tentu akan meningkatkan konsumsi terutama untuk alat-alat atau alat peraga bagi calon, termasuk di antaranya masker, hand sanitizer dan alat kesehatan lain. Sehingga Pemilukada itu sendiri akan juga menjadi faktor pengungkit," tutur dia.
Selain Pilkada, pemerintah juga tengah menyiapkan beberapa program baru dalam rangka pemulihan ekonomi nasional (PEN) di tengah pandemi covid-19.
Beberapa stimulus atau program baru tersebut kata Airlangga di antaranya pemberian kredit modal kerja kepada 12 juta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan subsidi gaji bagi pegawai swasta yang bergaji di bawah Rp 5 juta per bulan.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) sektor konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2020 mengalami negatif 5,51% dan terburuk sejak 1998. Pada kuartal IV-1998 konsumsi rumah tangga tercatat terkoreksi dan minus di atas 5%.
Berikut struktur pertumbuhan PDB kuartal II-2020 yang mengalami minus 5,32%:
- Konsumsi Rumah Tangga : -5,51%
- PMTB [Investasi] : -8,61%
- Konsumsi Pemerintah : -6,90%
- Konsumsi LNPRT : -7,76%
- Ekspor : -11,66%
- Impor : -16,96%
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemerintah Sepakati Pemilu 2024 Digelar 28 Februari 2024