Krisis Corona Lebih Parah dari 2008, Tapi Tak Seburuk Krismon

Jakarta, CNBC Indonesia - Seperti yang sudah diperkirakan, ouput ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh negatif alias terkontraksi pada kuartal II-2020. Ekonomi Indonesia mencatatkan kinerja terburuk sejak 1999.
Suhariyanto, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), mengumumkan output ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) pada April-Juni 2020 terkontraksi -5,32% year-on-year (YoY). Sementara secara quarter-to-quarter (QtQ) terjadi kontraksi 4,19-%.
Pada kuartal I-2020, ekonomi Indonesia terkontraksi -2,41%. Kontraksi dua kuartal beruntun secara QtQ membuat Indonesia resmi mengalami resesi teknikal (technical recession).
"Pandemi Covid-19 membawa dampak yang luar biasa buruknya. Menciptakan efek domino dari masalah kesehatan menjadi masalah sosial-ekonomi dampaknya menghantam seluruh lapisan masyarakat. Rumah tangga, UMKM, sampai korporasi," kata Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto, dalam konferensi pers, Rabu (5/8/2020).
Kontraksi ekonomi -5,32% adalah yang terendah sejak kuartal I-1999. Kala itu, Indonesia masih mencoba bangkit dari terpaan krisis keuangan Asia alias krisis moneter alias krismon.
Krisis akibat pagebluk virus corona memang tidak (atau belum?) menunjukkan tanda-tanda lebih parah ketimbang 1998-1999. Namun yang jelas jauh lebih parah dibandingkan dengan krisis keuangan global (Global Financial Crisis/GFC) 2008-2009.
Saat GFC, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh meski melambat signifikan. Pertumbuhan ekonomi yang awalnya sekitar 6% menjadi di kisaran 4%.
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI (Mungkin) Resesi, Tapi Krisis? Rasanya Kok Tidak...
