
Deflasi 0,1% di Juli 2020 Jadi Bukti Daya Beli Rakyat Lemah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat indeks harga konsumen (IHK) Juli 2020 pada Senin (3/8/2020). Dalam laporannya, BPS mencatat terjadi deflasi 0,10% sepanjang bulan lalu. Salah satu penyebabnya adalah turunnya harga sejumlah bahan makanan di sejumlah pasar di Indonesia.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, komoditas yang mengalami penurunan harga adalah komoditas pangan seperti bawang putih hingga daging ayam ras. Namun, ada juga sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga menyumbang inflasi seperti naiknya harga emas hingga tarif angkutan antarkota. Dengan kombinasi ini, deflasi tercatat masih rendah.
Jika dilihat dari komponennya, inflasi inti tercatat sebesar 0,16% dengan andil 0,11%. Inflasi inti ini jauh lebih lemah dibandingkan Juli 2019 yang tercatat 0,33%. Meski demikian, inflasi inti sudah lebih baik dibandingkan Juni 2020 yang tercatat 0,02% dan Mei yang tercatat 0,06%.
Oleh karena itu, pemerintah saat ini masih harus terus berupaya meningkatkan daya beli masyarakat. Sebab, daya beli masyarakat sekarang mengalami tren penurunan.
"Kalau dari gerakan bulanannya, inflasi inti ini meningkat sedikit, kembali mendekati posisi April (0,17%). Jadi lebih bagus dari Juni 2020 yang hanya 0,02%," kata Suhariyanto dalam keterangan pers virtual, kemarin.
Dengan demikian, dia menilai langkah pemerintah dalam membuat kebijakan sangat penting untuk fokus mendorong konsumsi masyarakat. Apalagi ini merupakan komponen penting dalam pertumbuhan perekonomian nasional.
"Inflasi inti masih lemah meskipun ada sedikit peningkatan di Juli 2020. Ini menunjukkan bahwa kita harus berupaya untuk terus menerus meningkatkan daya beli masyarakat," ujar Suhariyanto.
Sedangkan komponen harga bergejolak tercatat deflasi 1,19% dan andil 0,20%. Adapun penyebabnya karena penurunan harga komoditas pangan seperti harga bawang merah, bawang putih, tarif angkutan udara, dan ayam ras.
Selanjutnya, harga yang diatur pemerintah tercatat deflasi 0,07% dan andil 0,01%. Ini disebabkan turunnya tarif angkutan udara dan memberi andil ke deflasi 0,05%.
"Sedangkan yang alami kenaikan harga adalah rokok putih, tarif antarkota dan roda empat online," kata Suhariyanto.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cabai Rawit Merah Alami Deflasi pada April, Ini Analisis BPS