
'Harta Karun' RI Sering Kena Kampanye Negatif, Apakah Itu?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kampanye negatif terus menimpa industri minyak sawit termasuk produk turunan seperti biodiesel. Padahal, biodiesel merupakan salah satu energi terbarukan yang bisa jadi menggantikan energi fosil.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia M.P Tumanggor mengatakan pada dasarnya minyak sawit (crude palm oil/CPO) merupakan harta karun bagi Indonesia. CPO bisa menjadi andalan ekspor, karena ketergantungan negara lain terhadap komoditas ini.
"Tak perlu takut NGO-NGO asing negatif itu. Pesaing kita, maka jelek-jelekan karena Indonesia memiliki harta karun," ujar Tumannggor dalam Exclusive Interview CNBC Indonesia yang bertajuk "Biodisel Pascapandemi Covid-19, Lanjut atau Terhenti?" pekan lalu.
Regulasi yang dimaksud cenderung mendiskreditkan CPO RI di antaranya Arahan Energi Terbarukan (Renewable Energy Directive II/RED II) Uni Eropa beserta aturan teknisnya (delegated act). RED II adalah kebijakan Uni Eropa terkait produksi dan promosi energi terbarukan yang akan berlaku pada 2020-2030.
Kebijakan ini menetapkan Uni Eropa wajib memenuhi 32% dari total kebutuhan energinya melalui sumber yang terbarukan pada 2030. Untuk mendukungnya, Uni Eropa akan menerbitkan delegated act, yang isinya menetapkan kriteria tanaman pangan yang berisiko tinggi dan berisiko rendah terhadap perubahan fungsi lahan dan deforestasi.
Kriteria ini dikenal sebagai konsep ILUC (indirect land use change/perubahan penggunaan lahan secara tidak langsung). Tanaman pangan yang dianggap berisiko tinggi akan dibatasi penggunaannya dan dihapuskan secara bertahap dari pasar bahan bakar nabati Uni Eropa.
Sayangnya, kelapa sawit ikut ditetapkan sebagai tanaman pangan berisiko tinggi terhadap ILUC. Di sinilah letak diskriminasi tersebut.
Selain itu, banyak juga kampanye negatif yang membuat masyarakat ragu menggunakan energi ini. Salah satunya adalah campuran biodiesel pada bahan bakar minyak (BBM). Dikhawatirkan penggunaannya bisa mengganggu ketahanan mesin yang biasa menggunakan bahan bakar berbasis fosil.
"Saya ingin sampaikan banyak masyarakat sekitar tanpa sadar sejak tahun 2015 dia udah gunakan biodiesel, nggak sadar. Kan Isi ke pom bensin solar, padahal solar sudah biodiesel. Mulai 2015 sudah B10, B20, B30. kalo kita isi itu B30. Kesiapan masyarakat gimana? itu udah pakai kok. Makanya mesin baik-baik aja. Soal mobil baru gunakan B30 dan mobil bekas gunakan B30 pasti akan tersendat dikit lah," katanya.
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrahman mengungkapkan sejumlah sektor ekonomi sudah menggunakan campuran minyak dan nabati itu.
"Ada beberapa sektor yang memanfaatkan program B30. pertama usaha mikro, perikanan pertanian. Jadi Kalau kita lihat nelayan dan sebagainya gunakan diesel itu B30. Transportasi juga bahan bakar B30. Pengembangan listrik PLN gunakan B30 sekarang, dan industri-industri umumnya. Sepanjang gunakan solar, 30% itu diesel kita sebut B30," jelasnya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Airlangga Pastikan Pemerintah Kebut Program Biodiesel