
Resesi Hong Kong: Sudah Loyo, Susah Berdiri

Probabilitas Hong Kong dapat bangkit dari keterpurukan ini terbilang kecil. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Tensi geopolitik Washington-Beijing yang terus tereskalasi telah menyeret Hong Kong ke dalam pusaran konflik.
Pengesahan UU Keamanan Nasional Hong Kong oleh Partai Komunis Tiongkok membuat publik global mempertanyakan otonomi yang dinikmati Hong Kong dengan satu negara dua sistem.
Uncle Sam yang kini memilih untuk memusuhi China jadi punya alasan untuk memepet China. Washington mengutuk tindakan Beijing dengan mencabut status istimewa Hong Kong. Konsekuensinya adalah Hong Kong akan diperlakukan sama dalam segala hal sebagaimana AS memperlakukan China.
Derita Hong Kong tidak hanya sampai di situ saja. Lonjakan kasus yang terjadi di kota tersebut membuat prospek ekonomi di kuartal ketiga juga masih suram. Hong Kong melaporkan tambahan 118 kasus baru pada Rabu kemarin (29/7/2020) sehingga total penderita Covid-19 mencapai angka 3.002.
"Lonjakan kasus Covid-19 baru-baru ini secara lokal, telah mengaburkan prospek jangka pendek untuk kegiatan ekonomi domestik," kata pemerintah dalam sebuah press rilis sebagaimana diwartakan Bloomberg.
"Seiring dengan lonjakan kasus di bulan Juli dan pemerintah mulai melakukan pengetatan, prospek kuartal III tetaplah menantang. Kemungkinan besar pertumbuhan negatif kuartal selanjutnya masih akan terjadi" kata Raymond Yeung, chief economist untuk Wilayah China, Australia & New Zealand Banking Group Ltd.
Akibat kontraksi yang terjadi, angka pengangguran naik ke level tertinggi dalam 15 tahun terakhir sehingga membuat populasi miskin di kota tersebut semakin rentan. Penjualan ritel pun diperkirakan mengalami kontraksi dobel digit lagi.
"Kami memperkirakan banyak restoran kecil akan tutup dan tingkat pengangguran akan naik ke kisaran 8%" kata Iris Pang, Chief Economist ING Bank kepada Bloomberg. Sebagai gambaran, tingkat pengangguran Hong Kong saat ini sudah berada di angka 6,2%.
Melihat beban berat ini sepertinya butuh waktu lama untuk Hong Kong bisa kembali pulih. "Mungkin butuh waktu lebih lama dari yang diperkirakan untuk ekonomi dapat kembali pulih" kata Paul Chan Financial Secretary Hong Kong dalam postingan blognya pada 26 Juli lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg)[Gambas:Video CNBC]