
Ramai Tagar #IndonesiaDijarahTiongkok, Cek Dulu Fakta Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Jagad media sosial twitter kali ini dihebohkan dengan #IndonesiaDijarahTiongkok. Tagar tersebut muncul atas kekecewaan warganet yang menilai bahwa pemerintah terlalu berpihak pada China.
Berbagai isu digulirkan di dunia maya. Namun topik yang paling hangat diperbincangkan memiliki benang merah yang mengarah pada satu hal yaitu imperialisme China yang mencengkeram kedaulatan RI di bidang sosial, ekonomi hingga politik.
Di bidang perdagangan, banyak banjir barang-barang impor asal China yang membuat industri Tanah Air tak berkembang. Dari sisi ketenagakerjaan, warganet menilai bahwa pemerintah jauh lebih mementingkan pekerja China ketimbang tenaga kerja dalam negeri.
Sebenarnya masih banyak lagi yang dibahas sehingga #IndonesiaDijarahTiongkok menjadi viral di dunia maya. Namun benarkah RI sedang dijajah oleh Negeri Tirai Bambu?
Berkaca pada Sejarah China
Jawaban dari pertanyaan tersebut sebenarnya tak terlepas dari eksistensi China sebagai raksasa ekonomi global. Untuk itu akan lebih bijak jika kita berkaca pada sejarah. Sekarang mari kembali ke tahun 70-an. Kala itu China mulai melakukan transformasi besar-besaran pada ekonominya.
Kesuksesan China menjadi raksasa global berawal dari serangkaian reformasi ekonomi di era Deng Xiaoping (1978-1989). Reformasi telah membawa perekonomian China yang dulu terisolasi menjadi lebih terbuka. Semenjak saat itu ekonomi China tumbuh di atas 10% rata-rata per tahun. Jelas ini angka yang fantastis.
![]() |
Melimpahnya pasokan tenaga kerja yang murah disertai dengan sistem ekonomi yang mulai terbuka telah mendatangkan banyak investasi ke negara tersebut. Banyak pengusaha global yang merelokasi pabriknya ke China.
Alhasil China sukses menjadi negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia pada 2010 dan menyalip Jepang. Bahkan jika menggunakan indikator purchasing-power parity yang mengukur seberapa mahal nilai tukar suatu negara terhadap negara lain (AS), ekonomi China sebenarnya sudah menjadi yang nomor wahid di planet bumi sejak 2017.
China juga menyandang predikat sebagai pusat pabriknya dunia atau dalam bahasa bekennya 'global manufacturing hub'. Pangsa produksi manufaktur China mencapai 28% dari total output global.
Kemampuan China untuk membuat berbagai produk manufaktur mulai dari mainan anak, tekstil, komponen automotif hingga teknologi ponsel cerdas yang murah membuat banyak produk made in China membanjiri banyak negara termasuk RI.
Masuknya China ke organisasi perdagangan dunia (WTO) pada 2001 semakin mengukuhkan posisi China sebagai bagian dari pusat manufaktur dan perdagangan dunia.
Menurut studi yang dilakukan oleh lembaga konsultan manajemen global McKinsey yang menganalisis 186 negara, China menjadi destinasi ekspor terbesar 33 negara dan sumber impor terbesar bagi 65 negara.
![]() |
Kendaraan lain yang membuat China semakin kuat posisinya adalah investasi. China terus tumbuh dan menjadi salah satu pemain global dalam aliran investasi. Dalam periode 2015-2017, China telah menjadi sumber investasi terbesar kedua di dunia dan menjadi penerima aliran investasi terbesar kedua di dunia, menurut McKinsey.
![]() |
Banyak yang Bergantung Pada China, Salah Satunya AS...
Data di atas sudah menjadi cukup bukti bahwa China memang menjadi poros kekuatan baru. Banyak negara di planet bumi yang bergantung pada China. Bahkan Amerika Serikat (AS) sebagai Negara Adikuasa di dunia sekaligus rivalnya.
Hubungan Washington-Beijing mulai retak saat Presiden AS ke-45 Donald Trump naik ke tampuk kepemimpinan. Trump menuding China melakukan praktik dagang yang tidak menjunjung tinggi asas keadilan (fairness).
Masyarakat AS sangatlah bergantung pada produk-produk murah asal China. Sementara para petani AS terutama petani kedelai juga bertumpu pada pasar China yang besar.
Dari sisi aliran modal (capital flow), China juga berperan sebagai pembeli terbesar surat utang pemerintah AS setelah Jepang. Hal ini membuktikan bahwa AS juga membutuhkan China.
HALAMAN SELANJUTNYA >> BENARKAH RI DIJARAH TIONGKOK?