
Landai-Landai, Harga Sembako Sudah Tak Lagi 'Galak'

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memperkirakan terjadinya deflasi di Juli 2020. Jika melihat indikator harga-harga komoditas pangan strategis yang menurun, memang ada tekanan deflasi.
Survei pemantauan harga pada minggu keempat bulan ini menunjukkan adanya indikasi deflasi sebesar 0,03% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Juli 2020 secara tahun kalender sebesar 1,06% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,61% (yoy).
Berdasarkan survei tersebut, ada beberapa komoditas yang memiliki andil besar terhadap peluang terjadinya deflasi. Penyumbang utama deflasi pada periode laporan antara lain berasal dari bawang merah sebesar -0,10% (mtm), daging ayam ras sebesar -0,03% (mtm) dan bawang putih sebesar -0,03% (mtm).
Selain itu ada komoditas lain seperti gula pasir sebesar -0,02% (mtm), jeruk sebesar -0,02 (mtm) serta cabai merah, kelapa, daging sapi, dan angkutan udara masing-masing sebesar -0,01% (mtm) yang berkontribusi terhadap deflasi.
Mengacu pada data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga-harga komoditas memang sudah mulai turun. Terutama untuk harga komoditas pangan yang sempat melambung tinggi seperti bawang merah dan daging ayam ras ketika bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri.
Sejak akhir Juni sampai dengan hari ini, harga bawang merah ukuran sedang di berbagai pasar tradisional RI telah turun 23% dari Rp 44.550/Kg menjadi Rp 34.300/Kg.
Beralih ke daging ayam ras segar, secara month to date (mtd), harga komoditas ini telah anjlok 13,3%. Hari ini harga daging ayam ras segar dipatok Rp 33.400/Kg. Padahal akhir Juni lalu harganya sempat menyentuh Rp 38.550/Kg.
Harga gula pasir pun berangsur-angsur jinak meski masih di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp 12.500/Kg. Hari ini harga gula pasir lokal di pasar tradisional RI dibanderol Rp 13.950/Kg atau turun 6,4% dibanding akhir bulan lalu.
Sementara itu, komoditas utama penyumbang inflasi, yaitu telur ayam ras sebesar 0,05% (mtm), emas perhiasan sebesar 0,04% (mtm), dan rokok kretek filter sebesar 0,01% (mtm).
Untuk harga emas perhiasan naik mengikuti harga logam mulia produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) serta harga emas dunia di tengah isu resesi global yang mendongkrak minat investasi ke emas.
Sementara kenaikan harga rokok kretek filter mulai teramati seiring dengan permintaan rokok yang tetap tinggi selama pandemi serta kenaikan cukai rokok.
Meski ada beberapa kenaikan harga pada komoditas tertentu, tetapi tekanan deflasi memang lebih tinggi. BI memandang merebaknya pandemi Covid-19, kecukupan pasokan pangan, ekspektasi inflasi yang terjaga hingga pendapatan masyarakat yang menurun sehingga daya beli tergerus menjadi pemicu utama rendahnya inflasi.
Melihat rendahnya inflasi serta kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, BI memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25% pada bulan Juni.
Sampai saat ini, wabah Covid-19 belum juga usai baik di dalam maupun secara global. Jumlah kasus di Indonesia bahkan sudah menyalip China. Hingga hari ini jumlah penderita Covid-19 di Indonesia telah tembus lebih dari 100 ribu orang.
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Ramal Inflasi Juni Rendah, Daya Beli Memang Lemah...