
BI Ramal Inflasi Juni Rendah, Daya Beli Memang Lemah...

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju inflasi pada Juni masih rendah. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) menjadi pemicunya.
"Kami bisa sampaikan berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) minggu pertama Juni ini, kita lihat inflasi month-to-month 0,04%. Berarti year-on-year 1,81%," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam briefing Perkembangan Ekonomi Terkini, Jumat (5/6/2020).
Jika ini terwujud, maka inflasi Juni lebih rendah ketimbang Mei. Bulan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi month-to-month 0,07% dan year-on-year 2,19%.
Momen puasa Ramadan dan hari raya Idul Fitri yang seharusnya dapat mendongkrak konsumsi dan mengerek naik konsumsi pun tak terjadi tahun ini. Bahkan pos makanan, minuman dan tembakau tercatat mengalami deflasi sebesar -0.32% (month on month).
Komoditas yang menyumbang inflasi pada bulan Mei lalu adalah bawang merah dan juga daging ayam ras segar. Isu menipisnya pasokan di pasar membuat harga bawang merah melambung.
Produksi yang kurang baik lantaran cuaca yang tidak mendukung hingga banjir di Brebes awal tahun menjadi salah satu faktor pemicu naiknya harga komoditas bawang merah.
Biasanya setelah lebaran usai, tingkat inflasi cenderung melambat. Jika dilihat beberapa indikator harga terutama harga sembako memang cenderung stabil. Bahkan beberapa harga komoditas pangan strategis tertentu harganya malah turun.
Untuk harga bawang merah dan juga cabai merah besar yang memiliki margin perdagangan dan pengangkutan (MPP) yang tinggi selama 18 hari terakhir cenderung berada pada tren penurunan.
Harga bawang merah yang sempat melejit hingga Rp 60.000/Kg di awal Juni kini sudah mendekati Rp 50.000/Kg di hampir seluruh pasar tradisional dalam negeri. Artinya di sepanjang bulan berjalan harga bawang merah telah turun 14,8%.
Sementara itu di saat yang sama, harga cabai merah cenderung stabil mendekati rentang Rp 30.000 - Rp 31.000 per kilogramnya di berbagai pasar tradisional dalam negeri.
Untuk beberapa harga komoditas pangan strategis Indonesia yang mengandalkan ekspor seperti gula pasir dan bawang putih harganya terus menurun.
Pada awal bulan ini satu kilogram bawang putih dibanderol di Rp 32.500. Per minggu lalu harga satu kilogram bawang putih sudah berada di bawah Rp 30.000 atau tepatnya berada di Rp 27.800. Artinya harga bawang putih turun 14,5% di sepanjang bulan ini.
Harga bawang putih sempat melambung di awal-awal wabah corona merebak di China. Maklum Indonesia mengkonsumsi rata-rata 500 ribu ton per tahun bawang putih. Hampir semuanya diimpor dari China.
Sehingga ketika China terjangkit wabah dan menerapkan lockdown terjadi disrupsi rantai pasok yang juga turut dirasakan Indonesia sebagai negara pengimpor bawang putih dari Negeri Tirai Bambu.
Untuk komoditas lain yang juga mengandalkan impor yakni gula pasir meski harganya masih lebih tinggi dibandingkan yang dipatok pemerintah, trennya sudah mulai menurun.
Harga satu kilogram gula pasir sudah mendekati Rp 15.000/Kg di pasar-pasar tradisional dalam negeri. Di sepanjang bulan ini saja, harga gula pasir sudah turun sebesar 6,88%.
Selain harga komoditas pangan di atas, harga daging ayam ras segar juga masih tergolong tinggi di atas Rp 30.000/kg. Bahkan nyaris menyentuh Rp 40.000/Kg. Namun harga berangsur turun sejak 12 Juni lalu dan kini dibanderol di Rp 38.050/kg.