Duh! Corona DKI Masih Tinggi, Ini Antisipasi Anies Baswedan

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
26 July 2020 12:54
Anies Baswedan, Konferensi Pers Status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta. Ist
Foto: Anies Baswedan, Konferensi Pers Status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta. Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan sejumlah strategi demi menekan peningkatan kasus positif Covid-19 di Ibu Kota. DKI masih mencatatkan angka tinggi secara harian dalam hal penambahan jumlah pasien Covid-19.

Khusus di Jakarta, data resmi Covid-19 DKI mencatat, kasus positif di Ibu Kota bertambah 393 pada Sabtu kemarin (25/7/2020) menjadi total 18.623 kasus.

Jumlah dirawat menjadi 1.410, sembuh ada 11.715 orang, meninggal dunia 769, dan isolasi mandiri 4.729 orang. Penambahan kasus ini bertambah dari Jumat yakni 285, sementara penambahan harian tertinggi terjadi pada 21 Juli lalu mencapai 441 orang dalam sehari.

Adapun kasus positif virus corona (Covid-19) di Indonesia per 25 Juli 2020 bertambah 1.868. Dengan penambahan tersebut, total kasus positif virus Corona di Indonesia mencapai 97.286 sebagaimana dilaporkan situs www.covid19.go.id.

Pasien sembuh pada 25 Juli 2020 ini bertambah 1.409 orang, sehingga total menjadi 55.354. Sementara itu, data pasien meninggal ada 49 orang, sehingga total menjadi 4.714.

Gubernur DKI Anies Baswedan menegaskan pihaknya telah meningkatkan tes kepada warga Jakarta sebanyak empat kali lipat dari standar WHO. Hasilnya, Jakarta memang belum aman dari virus corona (Covid-19).

Anies menjelaskan, WHO telah menetapkan standar dengan 1.000 orang dari 1 juta penduduk untuk dites setiap minggunya. Menurut Anies Jakarta di bawah kepemimpinannya sudah melakukan hal itu.

"Bahkan setelah masa PSBB transisi ini kita telah melampaui jumlah standar tes oleh WHO," jelas Anies melalui channel YouTube Pemprov DKI Jakarta, dikutip Sabtu (25/7/2020).

Dalam satu minggu terakhir, menurut Anies pihaknya mengklaim telah melakukan tes kepada 39.268 orang baru. Secara ekuivalen, setara dengan 3.688 orang per 1 juta penduduk dalam satu minggu. Sementara standar WHO adalah 1.000 per 1 juta penduduk dalam seminggu.

"Alhamdulillah Jakarta sekarang telah melewati standar jumlah tes ini bahkan sudah melewati hampir 4 kali lipat standar WHO," tuturnya.

Kendati demikian, Jakarta menurut Anies masih belum dapat dikategorikan aman dari pandemi covid-19. Karena, prosentase positivity rate atau perbandingan total kasus yang diperiksa masih di atas syarat aman WHO.

Anies merinci, angka positivity rate Jakarta sebesar 5,2% atau di bawah rata-rata nasional yang mencapai 12,3%. Artinya nilai positivity rate di Jakarta masih sedikit di atas rekomendasi ideal WHO yang mencapai 5% atau di bawahnya.

"Ini masih jauh di bawah batas maksimal yang pernah disampaikan WHO, yaitu 10%. Jadi maksimal 10%, idelanya 5%. Kita [Jakarta] 5,2%. Apakah itu kemudian Jakarta aman? Tidak, belum," jelasnya.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu menghimbau kepada masyarakat, khususnya warga Jakarta harus waspada.

Pasalnya positivity rate Jakarta meningkat menjadi 5,9%. Menurutnya, peningkatan itu terjadi karena jumlah tes yang dilakukan Pemprov DKI juga bertambah.

Nilai positivity rate menunjukkan tren yang meningkat. Tiga minggu lalu nilai positivity rate di Jakarta untuk minggu tersebut 4,8%. Kemudian dua minggu yang lalu naik menjadi 5,2% lalu seminggu terakhir ini menjadi 5,9%.

"Jadi kita harus waspada 4,8, 5,2, 5,9. Nah di satu sisi kapasitas testing Jakarta kemampuan kita melakukan testing itu ditingkatkan," katanya.

Selain itu, kata Anies, jumlah ruang isolasi dan ICU yang terisi juga mengalami penambahan. Oleh karena itu, Anies meminta kepada warganya untuk waspada.

"Lagi-lagi dua minggu atas tren keterisian ruang isolasi dan ICU, misalnya minggu lalu, keterisian tempat tidur isolasi itu adalah 42 persen, lalu minggu ini naik menjadi 44 persen. ICU semula 25 perssn, minggu ini naik menjadi 32 persen. Artinya kita harus waspada. Kita harus ekstra hati-hati," ucapnya.

Tes PCR

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Fify Mulyani, dalam pernyataan resmi menjelaskan secara kumulatif, pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) sampai dengan 24 Juli 2020 sebanyak 510.518 sampel.

Pada 24 Juli 2020, dilakukan tes PCR pada 5.850 orang, 4.974 di antaranya dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada kasus baru, dengan hasil 393 positif dan 4.581 negatif.

Selain itu, untuk rapid test, totalnya sebanyak 294.310 orang telah menjalani rapid test, dengan persentase reaktif Covid-19 sebesar 3,5%, dengan rincian 10.428 orang dinyatakan reaktif Covid-19 dan 283.882 orang dinyatakan non-reaktif.

"Untuk kasus positif ditindaklanjuti dengan pemeriksaan swab secara PCR dan apabila hasilnya positif dilakukan rujukan ke Wisma Atlet atau RS atau dilakukan isolasi secara mandiri di rumah," katanya.

Mengingat 55% dari pasien positif yang ditemukan adalah orang tanpa gejala, untuk itu, katanya, Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi DKI Jakarta mengimbau masyarakat tetap melakukan protokol 3M Lawan Covid, yaitu:

• Memakai masker dengan benar;

• Menjaga jarak aman 1-2 meter;

• Mencuci tangan sesering mungkin.

"Selain itu, juga tetap menjaga protokol PSBB transisi dengan menjaga kapasitas ruangan 50 % dan pastikan keluar rumah dalam kondisi sehat. Jajaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga tetap melakukan pengawasan ketaatan di berbagai tatanan, seperti mall, objek wisata, dan pasar."


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Resmi! Anies Perpanjang Lagi PPKM Mikro Hingga 5 April 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular