Pasien Sembuh dari Corona di RI Naik Sih, Tapi...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 July 2020 06:16
Masker Berlapis Tembaga (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Masker Berlapis Tembaga (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada kabar yang agak tarik-ulur seputar penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Dalam beberapa hari terakhir, laju penularan virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu melambat. Namun indikator lainnya menunjukkan situasi semakin genting.

Per 21 Juli 2020, jumlah pasien positif corona di Indonesia tercatat 89.869 orang. Bertambah 1.655 orang (1,88%) dibandingkan sehari sebelumnya.

Memang masih ada tambahan pasien baru, pertanda bahwa penularan masih terjadi. Namun laju 1,88% melambat ketimbang hari sebelumnya yang sebesar 1,96%.

Dalam 14 hari terakhir (8-21 Juli), rata-rata pertumbuhan kasus baru adalah 2,21% per hari. Lebih lambat dibandingkan 14 hari sebelumnya (24 Juni-7 Juli) yaitu 2,34% per hari.

Sementara jumlah pasien yang berhasil sembuh per 21 Juli adalah 48.466 orang. Bertambah 1.489 orang (3,17%) dibandingkan hari sebelumnya.

Laju pertumbuhan pasien sembuh lebih cepat dibandingkan pasien baru. Ini membuat tingkat kesembuhan (recovery rate) kasus corona di Tanah Air mencapai 53,93%, rekor tertinggi sejak Indonesia mencatatkan kasus corona perdana pada awal Maret. Sesuatu yang menumbuhkan keyakinan bahwa mengidap virus corona bukan akhir dari segalanya.

Dua data ini memberi gambaran bahwa Indonesia dalam jalur yang benar untuk menang 'perang' melawan virus corona. Bagaimana tidak, laju pertumbuhan kasus melambat dan tingkat kesembuhan meninggi. Kabar bagus bukan?

Namun Indonesia tidak atau belum bisa berpuas diri. Sebab data lain menunjukkan bahwa situasi bukan membaik melainkan memburuk.

Pertama adalah tingkat kematian (mortality rate) akibat virus corona. Per 21 Juli, jumlah pasien meninggal dunia akibat virus corona adalah 4.320 orang. Bertambah 81 orang (1,91%) dibandingkan posisi hari sebelumnya. Ini membuat mortality rate Indonesia berada di angka 4,81%, tertinggi sejak 9 Juli.

Kemudian tingkat reproduksi (Rt) virus corona juga meningkat. Pada 21 Juli, rata-rata Rt di seluruh provinsi adalah 1,04. Naik dibandingkan posisi 19 Juli yaitu 1,01.

Rt yang lebih dari 1 menandakan seorang pasien positif akan menulari orang lain. Semakin tinggi Rt, maka kian tinggi risiko penularan sehingga jumlah kasus akan berlipat.

Oleh karena itu, Indonesia tetap harus waspada. Sebab risiko penularan masih tinggi dan bisa menyebabkan angka kematian semakin bertambah.

Memutus rantai penularan virus corona memang gampang-gampang susah. Gampangnya, ada tiga kunci utama yaitu disiplin menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan. Susahnya, ini adalah kebiasaan baru dan kadang tidak mudah untuk diterapkan dalam semua situasi.

Pemerintah boleh memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kegiatan perkantoran belum bisa beroperasi penuh, pengunjung restoran, pusat perbelanjaan, dan kawasan wisata dibatasi, bahkan pelajar belum bisa pergi ke sekolah.

Namun di luar itu, apakah pemerintah bisa mengontrol? Apakah pemerintah bisa (dan boleh) mengawasi rakyat 24 jam sehari 7 hari seminggu? Apakah perlu ada aparat yang mengawasi dan menegur kita jika tidak memakai masker, menjaga jarak, atau mencuci tangan saat berada di dalam rumah?

Tentu jawabannya tidak. Oleh karena itu, tidak bisa hanya mengandalkan kebijakan pemerintah untuk meredam penyebaran virus corona. Kesadaran harus hadir dalam diri kita masing-masing, karena secanggih apapun kebijakan pemerintah tidak akan berguna jika warga masih tidak menerapkan protokol kesehatan dalam seluruh aspek keseharian.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO Sampai Ikut Pelototi Corona Jakarta! Parah Ya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular