Kasus Corona Rasanya Bakal Naik Terus, RI Kian Dekati Resesi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 July 2020 12:08
Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di SMKN 46 Jakarta, Senin (6/7/20). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di SMKN 46 Jakarta, Senin (6/7/20). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Wabah virus corona memang merupakan tragedi kesehatan dan kemanusiaan. Namun cara kita melawan virus ini yang kemudian menciptakan masalah di aspek ekonomi.

Virus corona ditangani dengan membatasi aktivitas publik, pembatasan sosial (social distancing). Sebisa mungkin, kalau tidak ada keperluan mendesak, warga sebaiknya jangan keluar rumah. Walau pun keluar rumah, patuhi protokol kesehatan.

Ini juga berlaku bagi dunia usaha. Tempat wisata, pusat perbelanjaan, sampai restoran belum boleh menerima pengunjung dengan kapasitas penuh, maksimal 50%.

Meski 50% jauh lebih baik ketimbang tidak ada sama sekali seperti beberapa bulan lalu, tetapi tentu menyebabkan pukulan hebat bagi dunia usaha. Pemasukan pasti turun drastis dibandingkan tahun lalu, sementara pengeluaran masih terus berjalan.

Pengusaha akhirnya terpaksa melakukan efisiensi dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Kementerian Ketenagakerjaan menyebut jumlah pekerja yang dirumahkan dan mendapat vonis PHK mencapai 1,7 juta.

Sejak awal bulan lalu, Indonesia sudah memasuki masa normal baru (new normal) di mana masyarakat diizinkan kembali berkegiatan dengan rambu protokol kesehatan. Namun kalau kasus corona terus melonjak, membuat pemerintah bisa saja kembali mengetatkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), atau minimal belum menaikkan 'dosis' pelonggaran.

Seperti yang terjadi di Provinsi DKI Jakarta. Pekan lalu, Gubernur Jakarta Anies Rasyid Baswedan memutuskan untuk memperpanjang masa PSBB Transisi selama dua minggu lagi. Artinya, berbagai fasilitas umum mulai dan perniagaan boleh dibuka, tetapi dengan kapasitas maksimal 50%. Belum bisa lebih.

Kalau begini terus, maka prospek ekonomi Indonesia menjadi penuh tanda tanya. Bank Dunia sudah memberi wanti-wanti bahwa jika aktivitas publik masih dibatasi, maka Indonesia berisiko masuk jurang resesi.

"Tanpa bantuan pemerintah, pandemi bisa menyebabkan 5,5-8 juta orang Indonesia jatuh miskin pada 2020. Ini adalah akibat dari 2,6-3,6 juta rakyat Indonesia yang kehilangan pekerjaan," tulis laporan terbaru Bank Dunia yang berjudul The Long Road to Recovery.

Sektor yang paling rentan mengalami pemangkasan tenaga kerja, lanjut laporan Bank Dunia, adalah pertanian dan manufaktur. Sementara kelompok yang paling rentan mengalami penurunan penghasilan adalah di perkotaan dengan perkiraan berkurang 5,5-7,5%.

"Separuh dari pemangkasan lapangan kerja terjadi di Jawa dan Sumatra. Lebih dari separuh tinggal di perdesaan," sebut laporan Bank Dunia.

Oleh karena itu, kita semua harus berperan dalam mencegah lonjakan kasus corona. Caranya tidak sulit-sulit amat, cukup dengan sebisa mungkin menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan. Tiga hal itu menjadi kunci untuk mencegah penyebaran virus corona yang pada akhirnya bisa membuat Indonesia menghindari resesi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular