Bioskop Batal Buka

Bisnis Bioskop Nelangsa, Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
17 July 2020 16:37
Warga menonton bioskop di Pasar Teluk Gong, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (8/10/2019). Perumda Pasar Jaya bekerja sama dengan Persatuan Artis Film Indonesia meresmikan bioskop rakyat bernama Indiskop atau Bioskop Independen dengan fasilitas dua studio yang berkapasitas masing-masing 128 kursi penonton untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah untuk ruang belajar produksi film serta mengajak masyarakat agar gemar menonton film Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Bioskop rakyat - Indiskop. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus infeksi baru Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di DKI Jakarta masih tinggi. Hal ini membuat Pemerintah Provinsi Ibu Kota memutuskan untuk membatalkan perizinan dibukanya kembali bioskop pada 29 Juli nanti.

Industri bioskop harus bersabar lebih lama. Terhitung sejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan di ibu kota pada 10 April lalu berarti sudah ada tiga bulan bioskop hanya menjadi ruang kosong yang gelap tanpa pengunjung. 

PSBB telah memaksa masyarakat Tanah Air menjauhi keramaian seperti pusat belanjaan dan bioskop yang kebanyakan berada di mal-mal dan ruang tertutup dengan keramaian. Dengan ditutupnya bioskop sebagai upaya pengendalian wabah Covid-19 maka pendapatan dari industri jelas akan tergerus signifikan terutama di kuartal kedua ketika PSBB mulai digalakkan. 

Pada kuartal I-2020 saja ketika wabah Covid-19 belum mengganas, pendapatan emiten bioskop Tanah Air yakni PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) turun 12,9% dari kuartal IV tahun 2019. 

Pendapatan dari berbagai jasa yang ditawarkan mulai dari bioskop, makanan dan minuman, acara dan iklan hingga manajemen dan lisensi secara total turun Rp 37,7 miliar menjadi Rp 254,5 miliar dari sebelumnya Rp 292,2 miliar pada kuartal terakhir tahun lalu. 

BLTZ hanya menjadi salah satu dari pengelola bioskop lainnya yang harus menderita akibat ledakan kasus infeksi Covid-19 di dalam negeri. Ada lebih dari 300 bioskop lain yang harus merasakan nasib serupa dengan BLTZ.

Sampai dengan hari ini masih belum diketahui dengan pasti kapan bioskop akan dibuka kembali. "Iya betul ditunda pembukaannya sampai batas waktu yang belum ditentukan. Intinya kita lihat kondisi kasus covid-19, kalau sudah kondusif kita buka," kata Kadisparekraf DKI Cucu Ahmad Kurnia kepada CNBC Indonesia, Kamis (16/7).

Kasus covid-19 di Jakarta memang masih tinggi, pada hari kemarin saja DKI Jakarta melaporkan ada 312 kasus baru. Sebelumnya sempat ada rekor kasus pada 12 Juli 2020 sebanyak 404 kasus baru.

Kalaupun bioskop dibuka, tetap saja protokol kesehatan harus digalakkan. Konsekuensinya tentu kapasitas tempat duduk juga tidak akan penuh (full capacity). Lagipula di tengah merebaknya pandemi, pendapatan masyarakat RI juga mengalami penurunan. 

Menurut survei sosial demografi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pendapatan 4 dari 10 orang di Indonesia turun akibat pandemi. Penurunan pendapatan tentu membuat konsumen akan lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. 

Hal ini dibuktikan dengan survei yang juga dilakukan oleh lembaga konsultan manajemen global McKinsey & Company terhadap lebih dari 700 konsumen di Tanah Air pada akhir Juni lalu. Dalam survei tersebut sebanyak 80% responden mengatakan akan mengurangi pengeluaran mereka untuk belanja hiburan di luar rumah. 

Konsumen cenderung fokus memprioritaskan uangnya untuk belanja kebutuhan rumah tangga yang esensial serta hiburan di dalam rumah. Lebih dari 50% responden juga mengaku khawatir untuk bepergian ke luar rumah seperti pergi ke mall dan ke tempat hiburan lain.

Survei tersebut semakin mengkonfirmasi kalaupun bioskop dibuka, selain kapasitasnya tak akan penuh, minat masyarakat sebagai konsumen juga cenderung masih rendah. 

Di sisi lain pandemi Covid-19 juga membawa disrupsi bagi industri bioskop domestik. Ketika wabah Covid-19 merebak, adopsi teknologi digital di kalangan masyarakat RI menjadi semakin tinggi. 

Aktivitas belanja dan transaksi online pun meningkat. Pertemuan melalui video conference juga ikut meningkat. Momentum ini jelas dimanfaatkan oleh pelaku industri video streaming seperti Netflix yang menyediakan konten video dengan berbagai variasi tayangan film yang dapat ditonton oleh masyarakat secara langsung di gadget-nya. 

Apalagi sekarang konten-konten Netflix sudah bisa diakses langsung oleh pengguna Telkomsel yang jumlahnya lebih dari 100 juta orang dan Indihome dengan tak kurang dari 7 juta pelanggannya.

Menonton lewat streaming berpotensi menjadi gaya baru di kalangan masyarakat Tanah Air terutama kaum millenial dan generasi Z yang menjadi sasaran target utama industri hiburan Tanah Air. Pergeseran perilaku ini patut diwaspadai pengelola bioskop.

Pasalnya menonton streaming menawarkan pengalaman yang berbeda dalam mencari hiburan. Konten video yang beragam dan dapat diakses selama sebulan hanya dengan merogoh kocek tak lebih dari Rp 100 ribu tanpa harus ke mana-mana membuat perilaku ini booming. 

Ke depan bioskop juga bersaing dengan perusahaan penyedia konten video streaming seperti ini. Pusing memang jadi pengelola bioskop saat ini. Tak ada pendapatan, arus kas terganggu, tapi nasib ke depan juga penuh tantangan bakal dilibas hiburan berbasis digital. 


(twg/twg)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Warga RI Ramai Berobat ke Luar Negeri, Rp 150 T Melayang

Next Article Pro Kontra Bioskop Dibuka

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular